ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
Menurut perusahaan, penurunan tersebut relatif wajar. Sebab, pada tahun ini, perusahaan masih bisa mengoptimalkan pendapatan dari proyek untuk semester II-2024.
“Sementara penurunan ini relatif wajar karena kita punya beberapa proyek yang akan kita akselerasi di semester II. Namun di samping itu, kita mampu mengelola biaya dengan baik,” ujar Iqbal.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Human Capital dan Legal Adhi Karya, Ki Syahgolang Permata mengatakan, pihaknya hingga Juli 2024, telah memperoleh kontrak baru sebesar Rp12 triliun.
Perolehan kontrak baru di Juli 2024 didapat dari pekerjaan proyek gedung sebesar 50 persen, Sumber Daya Air (SDA) sebesar 29 persen, proyek jalan dan jembatan sebesar 9 persen. Sedangkan sisanya diperoleh dari proyek properti dan manufaktur.
Sampai dengan Juli 2024, Adhi Karya memperoleh beberapa kontrak besar, antara lain sarana dan prasarana tambak udang Sumbawa KKP RI, istana wakil presiden, EPCC jetty & propylene storage tank, serta jembatan Pulau Balang Bentang Pendek Fase II.
“Sehingga dengan total carry over kita di Rp74 triliun, sekitar Rp86 triliun order book kita. Dengan total order book Rp86 triliun, dan burning rate kita asumsikan 30-50 persen, maka order book bisa menghidupi Adhi Karya sepanjang 3 tahun ke depan, belum termasuk perolehan kontrak baru di semester II, dan tahun depan lagi,” tutur Syahgolang.