ilustrasi petani Indonesia (pexels.com/Danang DKW)
Defiyan mengatakan, elektrifikasi pertanian terbukti dapat menghemat biaya produksi karena listrik lebih murah jika dibandingkan dengan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Dengan demikian, penghematan tersebut dapat dialokasikan pada operasional lainnya sehingga produktivitas dapat meningkat,” tutur Defiyan.
Selama ini, paparnya, petani masih mengandalkan mesin berbahan bakar solar atau bensin untuk menyiram sawah, menggiling hasil panen, hingga mengangkut hasil pertanian.
“Electrifying agriculture menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Cukup dengan beralih ke pompa air listrik, traktor listrik, atau cold storage berbasis listrik, biaya bisa ditekan secara signifikan,” ujar Defiyan.
Hadirnya program elektifikasi agriculture juga mendukung petani dan peternak bisa memanfaatkan teknologi terbaru melalui smart farming.Dengan mekanisasi dan digitalisasi, visi sebagai petani dan peternak modern dapat diwujudkan.
“Dengan smart farming, jaringan listrik akan lebih efisien untuk mengairi sawah dengan mesin pompa air, memberantas hama dengan lampu penjebak hama, mengatur suhu ruangan ternak dan lahan yang memerlukan pengawasan intensif,” ujar Defiyan.
Menurutnya, manfaat elektrifikasi agriculture tak hanya terasa dari sisi teknis, tetapi juga berdampak positif pada keberlanjutan sosial dan lingkungan.
“Peralatan listrik umumnya lebih mudah dirawat, tidak bising, dan menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah,” kata Defiyan.