Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China, serta antara Uni Eropa dan China.
Hal itu dipicu oleh peningkatan tarif impor terhadap produk otomotif asal China seperti mobil dan baterai listrik. Tindakan itu memicu respons balik dari China dengan memberlakukan tarif impor terhadap barang-barang dari Uni Eropa dan AS.
Selain itu, Ibrahim menyoroti ketegangan perdagangan tersebut semakin meningkat menjelang pemilihan presiden AS yang akan digelar pada Desember, serta sentimen suku bunga acuan Bank Sentral AS.
“Nah, perang dagang ini memanaskan situasi ya di samping Bank Sentral Amerika pun juga hanya menurunkan suku bunga satu kali yang kemungkinan besar terjadi di bulan Desember, bersamaan dengan Pilpres di Amerika yang begitu memanas,” kata Ibrahim.
Secara bersamaan, konflik geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik antara Hamas dan Israel, juga mempengaruhi dinamika pasar.
“Bukan penguatan indeks dolar disebabkan oleh kondisi di Timur Tengah dengan ekonomi di Amerika, tetapi kondisi di Tiongkok salah satu negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini yang membuat indeks (dolar) menguat sehingga rupiah pun juga ikut melemah,” tuturnya.