Ilustrasi perbankan. (IDN Times/Aditya Pratama)
1. Terbatas pada Transaksi Standar
Perbankan swalayan biasanya hanya melayani transaksi dasar seperti tarik tunai, setor tunai, transfer, atau pembayaran tagihan. Layanan yang lebih kompleks, misalnya konsultasi kredit atau pengajuan produk tertentu, tetap memerlukan interaksi dengan petugas bank.
2. Risiko Kesalahan Pengguna
Karena nasabah melakukan transaksi secara mandiri, ada kemungkinan salah memasukkan nomor rekening, nominal transfer, atau memilih menu yang salah. Kesalahan ini bisa mengakibatkan dana terkirim ke rekening yang tidak tepat atau transaksi gagal.
3. Ketergantungan pada Teknologi
Perbankan swalayan sangat bergantung pada mesin, jaringan internet, atau aplikasi digital. Jika terjadi gangguan sistem, listrik padam, atau jaringan internet bermasalah, nasabah tidak bisa melakukan transaksi.
4. Kurangnya Interaksi Pribadi
Bagi nasabah yang membutuhkan penjelasan atau konsultasi, layanan swalayan tidak memberikan sentuhan personal. Masalah yang lebih kompleks, seperti keluhan atau negosiasi produk, tetap memerlukan bantuan langsung petugas bank.
5. Keamanan dan Risiko Digital
Transaksi digital melalui perbankan swalayan bisa menjadi target kejahatan cyber, seperti skimming kartu ATM, phising, atau hacking akun mobile banking. Nasabah perlu berhati-hati dan menerapkan langkah keamanan, misalnya mengganti PIN rutin dan tidak membagikan data pribadi.