Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Laporan  Perekonomian Indonesia 2024. (Dok/Istimewa).
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2024. (Dok/Istimewa).

Intinya sih...

  • Perry Warjiyo, Gubernur BI 2 Periode

  • Berasal dari keluarga petani, lulusan UGM dan Iowa State University. Memulai karier di BI sejak 1984 hingga menjabat sebagai Gubernur BI dua periode.

  • Arti tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama yang diterima Perry sebagai penghargaan atas jasanya dalam berbagai bidang.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mendapatkan gelar tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Prabowo Subianto.

Perry mendapatkan penghargaan tersebut bersama dengan sejumlah tokoh, seperti adik dari Prabowo, yakni Hashim Djojohadikusumo yang juga menjabat sebagai Ketua Satgas Perumahan. Lalu, ada Menteri Koordinator bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid, hingga Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

Perry adalah Gubernur BI dua periode, yang telah menjabat sejak 2018-2023, dan 2023-2028. Berikut rekam jejak Perry.

1. Berasal dari keluarga petani

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (Youtube.com/Bank Indonesia)

Perry Warjiyo lahir di Sukoharjo, 25 Februari 1959. Dia merupakan Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 1982. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar Msc dalam bidang ekonomi moneter dan internasional dari Iowa State University, Ames USA pada 1989.

Dia juga berhasil meraih gelar Ph.D di bidang ekonomi moneter dan internasional dari universitas yang sama pada tahun 1991.

Dalam paparan di fit and proper test di DPR RI pada 2018 silam, Perry menuturkan dirinya berasal dari keluarga petani yang hidup di desa. Sehingga, dia sudah mencecap pahit manisnya kehidupan.

2. Meniti karier di BI

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, memimpin delegasi Republik Indonesia dalam rangkaian Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 (Finance Minister and Central Bank Governors /FMCBG) di bawah Presidensi Brasil. (Dok/Istimewa).

Perry memulai kariernya di BI sejak 1984. Perry menjadi Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia. Sebelum menanjak sebagai Deputi Gubernur, Perry Warjiyo memiliki jabatan Asisten Gubernur untuk perumusan kebijakan moneter, makroprudensial dan internasional di Bank Indonesia.

Perry juga pernah menjadi Direktur Eksekutif selama dua tahun di International Monetary Fund (IMF) mewakili 13 negara anggota yang tergabung dalam South-East Asia Voting Group.

Perry ditunjuk sebagai calon tunggal oleh Presiden ke-7 Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) menggantikan Agus Martowardojo yang berakhir masa jabatannya pada Mei 2018. Dengan demikian, Perry tak punya lawan alias menghadapi kotak kosong.

3. Arti tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama

Presiden RI, Prabowo Subianto memberikan tanda kehormatan kepada Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPD RI Sultan Najamudin dan adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo di Istana Merdeka, Jakarta (25/0802025). (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Tanda kehormatan yang diberikan Prabowo kemarin bukan hanya Bintang Mahaputera Utama, tetapi ada juga Bintang Republik Indonesia Utama, Bintang Mahaputera Adipurna, Bintang Mahaputera Adipradana, Bintang Mahaputera Pratama, Bintang Mahaputera Nararya, Bintang Jasa Utama, Bintang Jasa Nararya, Bintang Kemanusiaan, Bintang Budaya Parama Dharma, dan Bintang Sakti.

Bintang Mahaputera Utama yang diterima Perry adalah penghargaan yang diberikan kepada sosok yang dianggap berjasa dalam berbagai bidang. Tanda kehormatan itu bisa diberikan untuk menghargai jasa perorangan, kesatuan, institusi pemerintah, hingga prganisasi yang telah berjasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Editorial Team