Pembangkit listrik panas bumi (PLTP) Lahendong, Minahasa, Sulawesi Utara. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Saragih mengatakan, di wilayah tersebut, ada sumur hasil pengebran yang  tekanan uapnya hanya sekitar 5 bar atau bahkan di bawahnya. Uap dengan tekanan rendah tersebut tak bisa digunakan pada PLTP konvensional, karena membutuhkan uap dengan tekanan sekitar 7,5 bar.
Oleh sebab itu, PLN IP dan PGE menggunakan sistem binary untuk memanfaatkan sumber panas dengan tekanan rendah itu. Meski kapasitas pembangkitnya tidak sebesar PLTP konvensional, namun nilainya tetap efisien karena memanfaatkan energi panas bumi yang selama ini terbuang.
“Binary itu sistemnya dia memanaskan ada semacam seperti bahan bakar yang dipanaskan oleh steam tadi untuk memutar turbin, jadi tidak langsung otomatis dari steam itu dilakukan memutar turbin seperti yang ada sekarang. Itu ada prosesnya dulu," ujar Saragih.