Menurut Buwas, program BPNT seharusnya dijalankan oleh negara atau BUMN, dalam hal ini Bulog, untuk pengadaan beras ke daerah yang membutuhkan. Namun, Kemensos memutuskan untuk memberikan porsi 70 persen pengadaan beras BPNT ke pasar bebas atau perusahaan swasta dengan letak wilayah yang mudah diakses.
Sementara itu, Bulog hanya diberikan opsi pengadaan beras di 30 persen wilayah sisa yang letaknya terpencil sehingga akan membebani besarnya biaya pengiriman yang harus ditanggung Bulog. Buwas menilai kondisi ini lebih mengakomodasi kepentingan para perusahaan swasta dan membuat Bulog kehilangan sasaran pasar penyalurannya.
Padahal, saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang tersimpan di gudang-gudang Bulog mencapai 2,2 juta ton dan perusahaan masih akan melakukan penyerapan beras saat panen raya hingga akhir tahun 2019.
"Ancamannya beras Bulog akan busuk, karena 70 persen itu sudah diambil Mensos ke pasar bebas, sedangkan sisanya yang 30 persen itu, Bulog diminta menyuplai 30 persennya. Yang 30 persen itu pun letaknya di ujung-ujung Papua," katanya.