Jakarta, IDN Times - Indonesia bakal mengikuti jejak Jepang, India, dan China mengaplikasikan program makan siang gratis di sekolah-sekolah. Program yang merupakan janji presiden terpilih Prabowo Subianto tersebut, menimbulkan kekhawatiran lantaran dianggap bisa meningkatkan defisit Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Tim Prabowo berharap mampu mengurangi kekhawatiran tersebut melalui cara-cara yang pernah digunakan Jepang, India, dan China. Ketiga negara itu mampu melaksanakan dan mengeluarkan anggaran secara bijaksana, untuk mengatasi program makan siang gratis tersebut.
Janji Prabowo terkait makan siang gratis di sekolah-sekolah merupakan cara untuk mengurangi angka kekurangan gizi di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, 21,6 persen anak di Indonesia di bawah usia lima tahun mengalami stunting, pertumbuhan yang terhambat, dan masalah perkembangan lainnya akibat kekurangan gizi.
Prabowo berharap, program itu bisa menjadi titik balik atas tren negatif tersebut, sebab sebagian besar sekolah di Indonesia saat ini tidak menyediakan makanan gratis bagi siswanya.
Adapun program makan siang gratis di sekolah untuk 83 juta anak kurang mampu, bakal menelan biaya hingga Rp71 triliun. Meski begitu, mengutip South China Morning Post (SCMP), Tim Prabowo memperkirakan program makan siang gratis akan menelan biaya besar, yakni Rp450 triliun jika diterapkan seluruhnya pada 2029, dan bakal mendorong pertumbuhan ekonomi 2,6 poin presentase.
Di sisi lain, SCMP menuliskan Prabowo disebut-sebut bakal mempertimbangkan penegakan pajak, dan memotong anggaran untuk proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang diusung Presiden Joko "Jokowi" Widodo.