Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret proyek RDMP di Balikpapan. (Dok. Pertamina)
Potret proyek RDMP di Balikpapan. (Dok. Pertamina)

Intinya sih...

  • Prabowo resmikan kilang setelah siap

  • Penyelesaian tinggal 1-2 persen bagian detail

  • Unit utama RFCC sudah beroperasi awal

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan ditargetkan rampung dan mulai beroperasi secara awal pada pertengahan Desember 2025.

Proyek yang disebut sebagai perwujudan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto itu diharapkan dapat segera beroperasi penuh untuk memenuhi 22 hingga 25 persen kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) nasional.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menyatakan pihaknya telah melakukan pengecekan mendalam terhadap fasilitas produksi dan pendukung di RDMP Balikpapan.

"Kami melakukan pengecekan terhadap fasilitas yang ada di RDMP Balikpapan, yang terdiri dari fasilitas produksi dan juga fasilitas pendukung termasuk fasilitas infrastruktur oil storage untuk dua juta barel," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (20/11/2025).

1. Prabowo resmikan setelah kilang siap

Proyek kilang alias Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. (dok. Pertamina)

Yuliot menjelaskan, kunjungannya bertujuan melihat perkembangan terakhir proyek RDMP Kilang Balikpapan sebelum diresmikan secara langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada Desember 2025 mendatang.

"Kunjungan kita kali ini untuk melihat kesiapan produksi Kilang Balikpapan yang direncanakan akan diresmikan oleh Bapak Presiden. Peresmian fasilitas oleh Bapak Presiden akan kami usulkan berdasarkan kesiapan yang ada di lapangan", ujarnya.

2. Penyelesaian tinggal satu sampai dua persen bagian detail

Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Pertamina Balikpapan di Kalimantan Timur, Rabu (20/3/2024). Foto Pertamina

Mengenai perkembangan penyelesaian proyek, Yuliot menyebut saat ini hanya tersisa penyempurnaan sekitar 1 hingga 2 persen pada bagian-bagian yang bersifat detail dan bukan merupakan bagian utama proyek.

"Kami harapkan dalam beberapa hari ke depan itu bisa diselesaikan 100 persen sehingga siap untuk diresmikan. Yang 1,5 persen itu ada detail-detail pekerjaan saja," paparnya.

Proyek RDMP Kilang Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi mencapai 7,4 miliar dolar AS atau setara Rp126 triliun, menjadi yang terbesar yang dilakukan BUMN dalam satu kegiatan untuk menekan impor BBM.

Yuliot menyatakan, fasilitas energi yang disediakan kilang akan mendukung penuh visi Presiden Prabowo dalam mewujudkan ketahanan energi, dan pada akhirnya akan memperkuat ketahanan nasional secara keseluruhan.

3. Unit utama RFCC sudah beroperasi awal

Pertamina melalui Sub Holding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah menyelenggarakan Closing Ceremony Project Financing RDMP Balikpapan pada Jumat (23/6/2023). (Dok. Pertamina)

Sementara itu, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman, mengungkapkan sejumlah tahapan penting telah dilewati untuk menjamin proyek berjalan lancar.

Salah satunya adalah pengoperasian awal unit utama pengolahan, yaitu Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Complex RDMP Balikpapan, yang telah dilakukan sejak 10 November 2025.

Taufik menjelaskan, RFCC adalah unit krusial kilang untuk menghasilkan produk dengan standar kualitas setara Euro V. Unit tersebut tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kualitas produk, tetapi juga memperbesar nilai tambah dari sumber daya alam domestik.

"Ini merupakan tahapan penting yang telah dilalui KPI dan Pertamina dalam pengoperasian RDMP Balikpapan. RFCC tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kualitas produk, tetapi juga memperbesar nilai tambah dari sumber daya alam dalam negeri," ujar Taufik.

Selain memproduksi BBM ramah lingkungan, Taufik menjamin Kilang Balikpapan nantinya juga akan mengolah residu untuk menghasilkan produk industri kimia bernilai tinggi.

Produk tersebut antara lain propylene dan ethylene, yang sangat dibutuhkan oleh industri petrokimia dalam negeri sebagai bahan baku. Selama ini, pasokan bahan baku tersebut masih dipenuhi melalui impor.

Editorial Team