Gerai Toko Buku Gunung Agung. (Instagram @gunungagung)
Bisnis Tjio Wie Tay terus mengalami perkembangan. Namun, perusahaan ini pecah kongsi setelah lima tahun berdiri. Wie Tay ingin membangun toko yang lebih besar dalam bentuk firma, sedangkan Lie Thay Shan tidak sepakat dan memilih memisahkan diri.
Akhirnya pada 1953, Wie Tay mengubah nama usahanya menjadi Firma Gunung Agung. Toko tersebut menggelar sebuah pameran buku pada 8 September 1953 dengan memajang sekitar 10 ribu buku.
Saat itu, sudah ada beberapa penulis dan pengusaha terkenal di Indonesia yang menjadi mitra. Mulai dari HB Jassin, Usman Effendi, Adam Malik, Adinegoro, dan Sumanang.
Pada 1975, Tjio Wie Tay memutuskan memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Masagung.
Menerbitkan biografi tokoh-tokoh nasional
Nama Gunung Agung melejit setelah menerbitkan otobiografi Soekarno berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat. Selain itu, Gunung Agung juga menerbitkan beberapa biografi tokoh nasional, seperti Bung Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik, dan Sjafrudin Prawiranegara.
Terus berkembang
Gunung Agung terus berkembang dengan membuka sejumlah outlet di beberapa kota. Pada 6 Januari 1992, perusahaan ini memutuskan go public di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan kode emiten TKGA.
Pada Maret 2013, PT Toko Gunung Agung Tbk. diakuisisi oleh PT Permata Prima Energi dalam rights issue senilai Rp480 miliar.
Buka cabang di luar negeri
Pada 1965, toko buku Gunung Agung berhasil membuka cabang di Tokyo, Jepang. Selain itu, pameran buku juga sukses digelar di Malaysia dan Singapura.
Sejak 1970-an, perusahaan ini juga melebarkan sayap dengan membuka bisnis ritel, jasa pariwisata, dan perhotelan.