Lulus kuliah di Jerman
Toto Sugiri lulus dari RWTH Aachen University di Jerman dengan menyandang gelar sarjana teknik elektro pada tahun 1980. Setelah menyelesaikan studinya, Toto Sugiri memilih pulang ke Indonesia.
Keputusan itu bukan tanpa sebab. Toto Sugiri harus merawat ibunya yang saat itu sedang sakit keras. Sebenarnya, ketika itu ia masih kebingungan dalam mencari pekerjaan karena pada 1981, belum ada perusahaan di Indonesia yang membutuhkan posisi programmer.
Sampai akhirnya dia diajak oleh orang Indonesia yang merupakan kakak tingkatnya saat berkuliah di Jerman untuk mengerjakan sebuah proyek pemrograman. Saat itu, Toto Sugiri membuat pemrograman lokal untuk perusahaan minyak dan program untuk mengelola pencairan pinjaman nelayan di Papua.
Dibujuk untuk bekerja di Bank Bali dan diiming-imingi komputer
Setelah proyek tersebut selesai, Toto Sugiri masih belum yakin untuk berkarier sebagai pengusaha. Pada 1983, dia memutuskan untuk bekerja di perusahaan milik pamannya, yakni Bank Bali. Tugas dan tanggung jawabnya saat itu adalah membuat sebuah software akuntansi yang bertujuan untuk memudahkan karyawan Bank Bali agar bekerja lebih efisien.
Proyek pertama di Indonesia
Setelah enam tahun di Bank Bali, Toto Sugiri berinisiatif untuk membangun sebuah perusahaan perangkat lunak miliknya sendiri, yang dinamakan Sigma Cipta Caraka. Perusahaan tersebut berdiri pada 1989 dengan modal 200 ribu dolar AS.
Perusahaan tersebut tidak didirikan seorang diri. Toto Sugiri mendirikan Sigma Cipta Caraka bersama enam mantan karyawan Bank Bali, termasuk Marina Budiman yang saat ini menjadi Presiden Komisaris PT DCI Indonesia Tbk, dan juga menjadi salah satu perempuan terkaya Indonesia.
Saat Sigma didirikan, pemerintah Indonesia baru melakukan deregulasi terhadap industri perbankan. Hal itu menyebabkan Sigma menjadi salah satu perusahaan yang membawa angin segar bagi industri tersebut.
Pada 1988, jumlah bank di Indonesia hanya 111 perusahaan. Enam tahun berikutnya, jumlahnya meningkat bahkan lebih dari dua kali lipat, yaitu 240 perusahaan bank. Hal itu sekaligus membuat posisi di bidang IT sangat dibutuhkan.
Mendirikan dua perusahaan lagi
Setelah berhasil memperoleh untung banyak dari pendirian Sigma Cipta Caraka, Toto Sugiri membangun lagi sebuah perusahaan penyedia layanan internet bernama Indointernet pada 1994.
PT Indointernet Tbk menjadi perusahaan penyedia layanan internet pertama di Indonesia. Lalu pada 2012, Toto Sugiri menjadi presiden komisioner perusahaan tersebut.
Sebagai pengusaha yang kadung jatuh cinta dengan dunia pemrograman, Toto Sugiri kembali mendirikan perusahaan bernama Balicamp, yaitu anak perusahaan Sigma yang membantu konsumen untuk memeriksa ejaan bahasa Indonesia. Sayangnya, perusahaan itu terpaksa tutup setelah tragedi Bom Bali I pada 2002.
Hampir pensiun dini
Siapa yang menyangka Toto Sugiri sempat terpikir untuk pensiun lebih awal? Pikiran tersebut dirasakan beberapa tahun pascatragedi Bom Bali I dan II yang hampir memakan habis usahanya.
Pada 2008, dia terpaksa menjual 80 persen saham Sigma kepada Telkom Indonesia dengan harga 35 juta dolar AS. PT Telkom Indonesia pun mengakuisisi Sigma Cipta Caraka dan mengubah namanya menjadi Telkom Sigma.
Tidak lama setelah itu, ia menjual 20 persen sisanya seharga 9 juta dolar AS. Toto Sugiri pun mulai berpikir untuk mengakhiri kariernya sebagai pengusaha.
Mendirikan DCI Indonesia
Namun, insting pengusahanya tidak bisa disepelekan. Toto Sugiri melihat sebuah peluang usaha, tepatnya saat pemerintah berniat menggunakan data Indonesia untuk mencegah penggunaan pusat lepas pantai.
Pada 2011, Toto Sugiri bersama beberapa rekannya mendirikan Data Center Indonesia (DCI), yaitu perusahaan data pertama dan terbesar di Indonesia.