ilustrasi kredit (unsplash.com/MarkusWinkler)
Senada dengan Andriansyah, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menilai sektor perbankan saat ini tidak menghadapi kendala signifikan dalam hal suplai kredit. Menurutnya, perbankan masih memiliki kapasitas yang cukup untuk mendukung penyaluran kredit, dan tidak ada pengetatan yang berarti terkait dengan standar perencanaan kredit yang diterapkan. Namun, Josua mengungkapkan masalah sebenarnya terletak pada permintaan kredit itu sendiri.
"Kami melihat dari sisi supply, perbankan tidak ada constraint (kendala). Dalam hal sandar perencanaan dan pemberian kredit pun tidak ada pengetatan yang signifikan. Namun, kami menduga ada kendala yang lebih besar di sisi permintaan kredit. Ini yang harus kita dorong lagi, bukan hanya dari kebijakan fiksal saja tapi kebijakan dari Kementerian dan Lembaga lainnya," tuturnya.
Josua menekankan pentingnya peran kementerian dan lembaga (K/L) terkait untuk mendorong sektor riil dan meningkatkan permintaan kredit.
"Kebijakan dari Kementerian Keuangan dan fiskal memang penting, tetapi yang lebih penting adalah kebijakan yang digerakkan oleh kementerian/lembaga lainnya. Misalnya, kebijakan dari Kementerian Pertanian yang cukup proaktif dan berhasil meningkatkan kinerja sektor pertanian. Begitu juga dengan sektor perindustrian, manufaktur, dan perdagangan. Semua kementerian harus memberikan dorongan atau insentif kepada sektor-sektor usaha agar permintaan kredit bisa meningkat," papar dia.
Dengan adanya kebijakan yang lebih proaktif dari kementerian/lembaga tersebut, diharapkan sektor usaha dapat berkembang dan mendorong peningkatan permintaan kredit yang lebih besar.
"Sektor perbankan perlu melihat sisi demandnya. Jika sektor-sektor usaha didorong dengan insentif yang tepat, tentunya akan ada peningkatan permintaan kredit yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi," ujarnya.