Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menkeu Purbaya Yudhi
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa. (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Intinya sih...

  • Kemungkinan perbedaan metode perhitungan data ekspor-impor.

  • Purbaya akan melanjutkan investigasi untuk memastikan perbedaan data.

  • Masalah under-invoicing dan barang ilegal menjadi fokus utama di Bea Cukai.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan pihaknya tengah menginvestigasi dugaan ketidakcocokan data perdagangan antara total ekspor dari China dan total impor yang dicatat Indonesia.

Purbaya menjelaskan, investigasi muncul karena adanya indikasi perbedaan nilai ekspor dari China ke Indonesia atau sebaliknya. Namun, dia mencatat perbedaan data tersebut bisa saja terjadi karena adanya jalur transit, di mana barang dikirim dari China ke Singapura, baru kemudian masuk ke Indonesia.

"Kita udah investigasikan ada katanya ekspor dari mana? China-nya apa, total ekspornya nggak sama dengan total impornya gitu, dari China ke Indonesia atau dari Indonesia ke China. Tapi ada jalan yang sebagian dari China tuh ke Singapura, baru Singapura ke Indonesia," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (27/11/2025).

1. Ada kemungkinan perbedaan metode perhitungan

ilustrasi kontainer peti kemas (pexels.com/Ollie Craig)

Purbaya menerangkan, jika data perdagangan dianalisis hanya dari satu sisi, misalnya menggunakan data dari UN Comtrade Database maka hasilnya akan tidak akurat. Dia memastikan, setelah data ekspor-impor digabungkan dengan memperhitungkan negara transit, selisih angkanya tidak banyak.

Perbedaan yang tersisa, menurut Purbaya, kemungkinan besar hanya disebabkan oleh perbedaan metode perhitungan internasional, yakni antara CIF (Cost, Insurance, and Freight) dan FOB (Free On Board).

"Kalau kita gabung yang sini sama yang sini ke sini itu akan sama. Jadi bedanya nggak banyak. Hanya beda CIF, FOB aja. Jadi antara ekspor sampai impor aja pengitungannya. Kelihatannya itu yang terjadi," tuturnya.

2. Purbaya terus lanjutkan investigasi

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. (IDN Times/Triyan)

Meskipun demikian, Purbaya menegaskan pihaknya akan tetap melanjutkan investigasi untuk seluruh jenis ekspor guna memastikan apakah perbedaan data tersebut hanya sebatas masalah teknis atau justru terdapat unsur penggelapan.

Dia menyatakan saat ini proses pemeriksaan masih dikerjakan manual. Namun, Purbaya menjanjikan prosesnya akan segera dialihkan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) agar analisis data dapat berjalan lebih cepat dan efisien.

"Akan kita investigasi untuk semua jenis ekspor, apakah seperti itu? Atau apakah ada penggelapan? Ini masih kita kerjakan manual. Nggak lama lagi kita akan kerjakan pakai AI. Jadi akan lebih cepat," ujar dia.

3. Under invoicing-barang ilegal jadi pekerjaan rumah

ilustrasi peti kemas barang impor (pixabay.com/Dusan_Cvetanovic)

Dia menjelaskan masalah paling mendesak di Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) saat ini adalah praktik under-invoicing (pencatatan nilai barang lebih rendah) dan maraknya barang-barang ilegal yang lolos masuk tanpa terdeteksi.

Purbaya menyebut masalah-masalah itulah yang membuat masyarakat sering menuduh adanya permainan di Bea Cukai.

"Orang kan nuduh katanya Bea Cukai main segala macam. Saya nggak tahu ya," kata Purbaya.

Editorial Team