Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Purbaya Tarik Utang Rp570,1 Triliun per Oktober 2025
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. (IDN Times/Triyan)

Intinya sih...

  • Kemenkeu menarik utang Rp570,1 triliun untuk pembiayaan APBN 2025 sepanjang 1 Januari hingga 31 Oktober 2025.

  • Pembiayaan non-utang per Oktober capai Rp37,2 triliun

  • Penarikan utang dipastikan tetap kredibel dan disertai mitigasi risiko

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah merealisasikan penarikan utang sebesar Rp570,1 triliun untuk pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sepanjang 1 Januari hingga 31 Oktober 2025.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara menjelaskan, pemerintah menetapkan outlook penarikan utang sebesar Rp731,5 triliun sepanjang 2025. Dengan demikian, realisasi penarikan utang Rp570,1 triliun setara 77,94 persen dari total target tahunan. Ia menekankan pembiayaan utang dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, fleksibilitas, dan disiplin agar utang negara tetap berada dalam batas aman.

"Pembiayaan APBN 2025 dilakukan dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian, fleksibilitas, serta disiplin, sehingga berada dalam batas aman," ujar Suahasil dalam konferensi pers APBN KiTa di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (20/11/2025).

1. Pembiayaan non-utang per Oktober capai Rp37,2 triliun

Ilustrasi utang konsumtif (freepik.com/rawpixel.com)

Sementara itu, pembiayaan non-utang tercatat sebesar minus Rp37,2 triliun, atau setara dengan 53,53 persen dari APBN. Artinya, pembiayaan non-utang tidak menambah utang negara, melainkan dialokasikan untuk investasi di sektor tertentu.

Dengan realisasi pembiayaan utang dan non-utang tersebut, pembiayaan secara keseluruhan hingga 31 Oktober 2025 mencapai Rp532,9 triliun, atau sekitar 80,5 persen dari outlook sebesar Rp662 triliun.

"Kita melakukan pembiayaan ini berdasarkan outlook Laporan Semester (Lapsem), dengan defisit yang diproyeksikan sebesar 2,78 persen terhadap produk domestik bruto," tutur Suahasil.

2. Penarikan utang dipastikan tetap kredibel dan disertai mitigasi risiko

ilustrasi utang (vecteezy.com/Bigc Studio)

Suahasil menjelaskan, pembiayaan utang sebesar Rp731,5 triliun tersebut digunakan untuk menutup defisit APBN. Selain itu, pemerintah telah mendapatkan persetujuan DPR untuk memanfaatkan sisa anggaran lebih (SAL) sebesar Rp85,6 triliun untuk mengurangi penerbitan surat berharga negara (SBN).

"Kita akan terus memenuhi kebutuhan pembiayaan utang sesuai target, secara partisipatif, dengan berbagai langkah mitigasi risiko, antara lain membentuk cash buffer, melakukan prefunding bila diperlukan, serta manajemen kas dan utang secara aktif. Tentu, membaiknya kondisi pasar keuangan memberikan kontribusi positif yang mendukung strategi pemenuhan pembiayaan utang kita," papar Suahasil.

3. Pasar SBN tetap baik meski ada sentimen ekesternal

Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga. (IDN Times/Aditya Pratama)

Suahasil menyampaikan, pasar SBN membaik meski terjadi ketidakpastian di pasar global. Ia mencatat, spread yield SBN Valas terhadap US Treasury semakin mengecil, dari 84 basis poin (bps) pada awal tahun menjadi 57 bps pada November 2025. Begitu pula spread yield SBN domestik terhadap US Treasury 10 tahun turun dari sekitar 240 bps pada awal tahun menjadi 196 bps pada November 2025.

Ia membandingkan kinerja ini dengan negara sejenis, misalnya Meksiko, yang spread yield SBN terhadap US Treasury masih sebesar 478 bps.

"Ini mencerminkan bahwa kita mengelola utang dengan sangat prudent," ucapnya.

Editorial Team