Pemerintah Tarik Utang Baru Rp501,5 Triliun per September 2025

- Total realisasi pembiayaan utang dan non-utang mencapai Rp458 triliun atau 69,2% dari outlook APBN Rp662 triliun.
- Kinerja APBN tembus defisit sebesar Rp371,5 triliun atau 1,56% terhadap PDB, melebar dari periode sebelumnya.
- Pendapatan negara turun 7,2% menjadi Rp1.863,3 triliun, sementara belanja negara terealisasi sebesar Rp2.234,8 triliun atau 63,4% dari outlook.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah telah menarik utang sebesar Rp501,5 triliun per September 2025. Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara mengatakan, realisasi tersebut telah mencapai 68,6 persen dari total target dalam outlook pemerintah sebesar Rp731,3 triliun.
"Pembiayaan utang saat ini telah direalisasikan Rp501,5 triliun dari rencana sebesar Rp731,5 triliun Jadi pembiayaan utang kita sekitar 68,6 persen dari targetnya," kata Suahasil dalam konferensi pers APBN KiTa di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Sementara itu, pembiayaan non-utang mencapai minus Rp453 triliun atau 62,6 persen dari target APBN. Untuk diketahui, pembiayaan non-utang berarti pemerintah tidak menambah utang, melainkan berinvestasi di sektor tertentu.
1. Total realisasi pembiayaan utang dan non-utang

Dengan demikian, realisasi pembayaran secara keseluruhan per 30 September 2025 mencapai Rp458 triliun.
Angka tersebut sekitar 69,2 persen dibandingkan outlook APBN Rp662 triliun.
"Pembiayaan kita bukan hanya pembiayaan utang tapi juga ada pembiayaan non-utang. Ada yang sifatnya dari valuta asing, ada yang sifatnya dari pembiayaan rupiah," kata Suahasil.
2. Tekor APBN tembus Rp371,5 triliun

Di sisi lain, Kemenkeu kinerja APBN hingga September 2025 atau akhir kuartal III-2025 mengalami defisit sebesar Rp371,5 triliun atau 1,56 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Posisi defisit tersebut melebar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang baru mencapai 1,10 persen dan lebih besar dibandingkan bulan lalu sebesar 1,35 persen terhadap PDB.
Adapun angka tersebut lebih rendah dibandigkan outlook sebesar 2,78 persen terhadap PDB.
3. Kinerja pendapatan dan belanja negara

Pelebaran defisit ini terjadi lantaran realisasi belanja negara lebih besar dibandingkan dengan penerimaan negara yang masuk.
Secara rinci, pendapatan negara hingga September 2025 mencapai Rp1.863,3 triliun, atau turun 7,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian ini baru 65 persen dari outlook yang ditetapkan sebesar Rp2.865,5 triliun.
Lebih rinci, total penerimaan perpajakan mencapai Rp1.516,6 triliun, terkontraksi 2,9 persen (year on year/yoy). Dari jumlah tersebut, pajak tercatat sebesar Rp1.295,3 triliun atau turun 4,4 persen (yoy), sedangkan bea dan cukai mencapai Rp221,3 triliun, tumbuh 7,1 persen (yoy).
Di sisi lain, belanja negara terealisasi sebesar Rp2.234,8 triliun atau 63,4 persen dari outlook, namun masih terkontraksi 0,8 persen (yoy). Secara lebih rinci, belanja pemerintah pusat tercatat Rp1.589,9 triliun atau turun 1,6 persen (yoy), terdiri atas belanja K/L sebesar Rp800,9 triliun, belanja non-K/L sebesar Rp789 triliun, dan transfer ke daerah Rp644,9 triliun.