Jakarta, IDN Times - Sejak China meningkatkan pemeriksaan improk produk laut Jepang karena masalah radiasi, Kazuyuki Tanioka telah mengkhawatirkan masa depan restoran sushi miliknya di Beijing.
Seperti kebanyakan restoran lainnya di China, Toya Tanioka yang berusia delapan tahun telah berjuang menghadapi pembatasan COVID-19 selama bertahun-tahun, yang baru mulai mereda akhir tahun lalu.
Kini, restoran tersebut harus menghadapi kekurangan pelanggan dan produk makanan laut, menjelang rencana Jepang untuk membuang limbah radioaktif dari pembangkit nuklir Fukushima ke laut.
"Saya sangat khawatir apakah kami dapat melanjutkan (bisnis). Ketidakmampuan untuk mengimpor bahan makanan benar-benar merupakan situasi hidup atau mati bagi kami," kata chef restoran berusia 49 tahun, yang berasal dari Kumamoto, Jepang selatan, dikutip Reuters.