Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Intinya sih...

  • Rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan, menguat ke level Rp16.286,5 per dolar AS.
  • Seluruh mata uang di Asia juga melemah terhadap dolar AS, termasuk Bath Thailand, Yuan China, dan Ringgit Malaysia.
  • Nilai tukar rupiah melemah karena ditundanya data kinerja ekonomi AS dan minimnya sentimen pasar akibat absennya rilis data ekonomi penting.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan, Selasa (27/8/2024). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat ke level Rp16.286,5 per dolar AS.

Rupiah tercatat melemah 37.50 poin atau 0,23 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya. 

1. Daftar rincian mata uang sore ini

Lebih rinci, rupiah tidak melemah sendirian karena semua mata uang di kawasan Asia ikut menguat terhadap dolar AS, beberapa di antaranya:

  • Bath Thailand melemah 0,38 persen
  • Yuan China melemah 0,12 persen
  • Ringgit Malaysia melemah 0,37 persen
  • Peso Filipina melemah 0,22 persen 
  • Won Korea melemah 2,64 persen 
  • Dolar Singapura melemah 0,27 persen 

2. Data ekonomi AS picu pelemahan rupiah

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, nilai tukar rupiah melemah diperkirakan karena ditundanya data kinerja ekonomi AS. 

"Hal ini terjadi di tengah minimnya sentimen pasar akibat absennya rilis data ekonomi penting, serta hari libur di AS," ungkap Lukman.

3. Pelaku pasar wait and see terhadap arah kebijakan The Fed

Di sisi lain, pelaku pasar saat ini memilih bersikap wait and see sambil mencermati perkembangan kebijakan tarif yang kembali mencuat di bawah bayang-bayang kebijakan era Trump.

Meskipun rupiah telah menunjukkan penguatan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, kondisi tersebut membuat mata uang Garuda tetap rentan terhadap aksi ambil untung (profit taking).

Editorial Team