ilustrasi utang (IDN Times/Aditya Pratama)
Dihubungi terpisah, Analis DCFX Futures, Lukman Leong, mengatakan mata uang Garuda tertekan oleh dolar AS yang menguat terhadap hampir semua mata uang dunia.
Hal tersebut disebabkan oleh sentimen risk off di pasar uang. Investor cenderung menghindari investasi berisiko dan lebih memilih untuk berinvestasi pada aset yang dianggap lebih aman.
"Sentimen risk off yang memburuk oleh kekhawatiran gagalnya perundingan debt ceiling (batas utang) AS. Rupiah sedikit rebound setelah gubernur BI memberikan statement yang cukup hawkish," ujar Lukman.
Sementara itu, analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, mengatakan indeks dolar AS menguat di tengah kekhawatiran soal kesepakatan batas utang AS yang belum tercapai meski mendekati deadline pembayaran. Itu menjadi pemicu penguatan dolar AS.
"Pasar mungkin mengkonsolidasikan diri dari aset berisiko ke aset aman dolar AS," ujarnya.
Notulen rapat bank sentral AS yang dirilis dini hari tadi, tidak memperlihatkan keinginan untuk memangkas suku bunga acuan. Bank sentral tampaknya masih mempertahankan suku bunga tinggi atau bahkan menaikkan lagi bila data inflasi menunjukkan kenaikan melebihi ekspektasi. Hal itu mendukung penguatan dolar AS.