Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nilai Tukar Rupiah Anjlok terhadap Dolar, Ini Penyebabnya

Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah 53 poin atau 0,36 persen pada penutupan perdagangan, Kamis (25/5/2023). Rupiah anjlok ke Rp14.953 per dolar Amerika Serikat (AS) sore ini.

Mengutip Bloomberg, posisi rupiah sore ini melanjutkan tren negatif pada pembukaan perdagangan pagi tadi, yang melemah 48 poin ke level Rp14.948 per dolar AS. Sedangkan pada penutupan perdagangan Rabu, 24 Mei 2023, rupiah melemah 25 poin atau 0,17 persen ke Rp14.900 per dolar AS.

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Nilai tukar rupiah juga melemah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), ke Rp14.952 per dolar AS pada Kamis, 25 Mei 2023.

Kurs mata uang Garuda hari ini lebih besar dibandingkan posisi pada Rabu, 24 Mei 2023 yang ada di level Rp14.905 per dolar AS.

2. Rupiah tertekan imbas deadline pembayaran utang AS makin dekat

Analis DCFX Futures, Lukman Leong mengatakan, mata uang Garuda tertekan oleh dolar AS yang menguat terhadap hampir semua mata uang dunia. Hal tersebut disebabkan oleh sentimen risk off di pasar uang, di mana investor cenderung menghindari investasi berisiko dan lebih memilih untuk berinvestasi pada aset yang dianggap lebih aman.

"Sentimen risk off yang memburuk oleh kekhawatiran gagalnya perundingan debt ceiling (batas utang) AS. Rupiah sedikit rebound setelah gubernur BI memberikan statement yang cukup hawkish," ujar Lukman.

3. Pasar mencari aset aman termasuk dolar AS

Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra sebelumnya mengatakan, indeks dolar AS menguat di tengah kekhawatiran soal kesepakatan batas utang AS yang belum tercapai telah mendekati deadline pembayaran. Itu menjadi pemicu penguatan dolar AS.

"Pasar mungkin mengkonsolidasikan diri dari aset berisiko ke aset aman dolar AS," ujarnya.

Sementara dari notulen rapat bank sentral AS yang dirilis dinihari tadi tidak memperlihatkan keinginan untuk memangkas suku bunga acuan. Bank sentral tampaknya masih mempertahankan suku bunga tinggi atau bahkan menaikan lagi bila data inflasi menunjukkan kenaikan melebihi ekspektasi. Hal itu mendukung penguatan dolar AS.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us