Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS melemah pada hari ini karena para pelaku pasar mempertimbangkan prospek suku bunga AS setelah komentar dari pejabat bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed).
Komentar tersebut memperkuat ekspektasi kebijakan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama. Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga the Fed sebesar 44 basis poin tahun ini, yang jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 basis poin, menurut CME FedWatch Tool.
Sebelumnya, para pelaku pasar memperkirakan the Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Juni 2024, tetapi serangkaian data termasuk indeks harga konsumen (CPI) dan penolakan dari para bankir bank sentral telah mengubah ekspektasi tersebut.
Menurut survei Federal Reserve pada kemarin Rabu, aktivitas ekonomi AS sedikit meningkat dari akhir Februari hingga awal April, dan perusahaan-perusahaan mengisyaratkan mereka memperkirakan tekanan inflasi akan tetap stabil.
Gubernur Fed Michelle Bowman pada Rabu mengatakan, kemajuan dalam perlambatan inflasi AS mungkin terhenti, dan masih menjadi pertanyaan apakah suku bunga cukup tinggi untuk memastikan inflasi kembali ke target 2 persen the Fed.
“Dolar melemah pada hari Kamis karena para pedagang menilai prospek suku bunga AS setelah komentar dari pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi bahwa pengaturan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata Ibrahim.