Ekonom Prediksi BI Bakal Naikkan Suku Bunga untuk Stabilkan Rupiah

Jakarta, IDN Times - Ekonom Ibrahim Assuaibi meyakini Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate guna menstabilkan nilai tukar atau kurs rupiah. Sebagaimana diketahui, kurs rupiah anjlok terlampau dalam selama libur Lebaran tahun ini.
Bahkan setelah libur Lebaran pun kurs rupiah masih belum sanggup melawan keperkasaan dolar AS. Kurs rupiah pada Selasa (16/4/2024) pagi dibuka pada level Rp16.005 atau melemah hingga 157 poin dibandingkan posisi sebelum libur Lebaran.
"Sehingga dalam pertemuan di bulan ini, Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin guna untuk menstabilkan mata uang rupiah," ucap Ibrahim dalam pernyataan resminya kepada awak media, di Jakarta, Selasa (16/4/2024).
1. Intervensi BI dinilai masih belum cukup

Di sisi lain, Ibrahim menilai bahwa intervensi yang dilakukan BI masih belum cukup untuk membuat kurs rupiah jadi lebih stabil.
"Bank Sentral walaupun terus melakukan intervensi di pasar domestic non deliverable forward (DNDF) berupa valuta asing dan obligasi, kemungkinan besar tidak akan cukup kuat untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah," kata dia.
2. Suku bunga BI saat ini

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Maret 2024, BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6 persen. Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility pada level 5,25 persen dan suku bunga lending facility dipertahankan sebesar 6,75 persen.
Selanjutnya, BI akan menggelar RDG BI pada 23-24 April 2024 pekan depan. Salah satu agendanya adalah menetapkan besaran suku bunga BI.
3. Langkah BI stabilkan nilai tukar rupiah

Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI, Edi Susianto membeberkan sejumlah langkah yang dilakukan BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Pertama, menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran valuta asing (valas) di pasar melalui triple intervention khususnya di spot dan domestic non-deliverable forward (DNDF).
Kemudian, BI juga meningkatkan daya tarik aset rupiah utk mendorong aliran modal masuk asing (capital inflow) seperti melalui daya tarik Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan hedging cost.
"BI juga melakukan koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan pemerintah, Pertamina, dan lainnya," ujar Edi.