Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra, menyatakan pelemahan masih membayangi rupiah terhadap dolar AS hari ini. Hal itu disebabkan oleh kekhawatiran pasar atas potensi eskalasi konflik di Timur Tengah.
Ditambah, sinyal yang menunjukkan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menunda kenaikan suku bunga acuannya karena sulitnya inflasi AS turun.
Pada perdagangan sebelumnya, yield obligasi pemerintah Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan. Yield tenor satu tahun naik dari 6,4 menjadi 6,83 persen. Sementara, tenor 10 tahun naik dari 6,93 menjadi 7,03 persen.
"Kenaikan yield ini bisa mengindikasikan tekanan jual yang tinggi keluar dari pasar obligasi Indonesia dan memberikan tekanan ke rupiah," ujar dia.