Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, penurunan nilai dolar AS terjadi karena data terbaru menunjukkan lapangan kerja di Amerika Serikat tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan pada April 2024.
Hal itu menimbulkan spekulasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) mungkin akan mulai menurunkan suku bunga untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
“Penurunan greenback (dolar AS) terjadi karena data nonfarm payrolls bulan April lebih lemah dari perkiraan,” sebutnya.
Data yang dirilis pada Jumat pekan lalu menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari yang diperkirakan, sementara kenaikan upah tahunan juga menurun di bawah 4,0 persen untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.
Hal itu dianggap sebagai tanda bahwa pasar tenaga kerja sedang melemah, yang meningkatkan harapan The Fed akan mengambil langkah-langkah untuk mendukung perekonomian.
Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan The Fed akan melakukan pemotongan suku bunga sebanyak 45 basis poin tahun ini, dengan kemungkinan pemotongan suku bunga pada November sudah dipertimbangkan sepenuhnya.
Meskipun The Fed mempertahankan suku bunga pada tingkat yang sama pada pertemuan kebijakan moneter terakhir mereka minggu lalu, mereka memberikan sinyal kecenderungan untuk menurunkan suku bunga dalam waktu yang akan datang, meskipun mungkin butuh lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.