Pengamat pasar keuangan, Lukman Leong mengatakan rupiah menguat karena sentimen risk-on berlanjut, di mana para investor cenderung mencari aset dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan berisiko. Biasanya, situasi risk-on terjadi ketika pasar sedang optimis terhadap perekonomian global.
"Rupiah diperkirakan akan menguat oleh berlanjutnya sentimen risk-on di pasar dan koreksi pada imbal hasil obligasi AS, setelah data manufaktur Fed Dallas yang lebih baik dari perkiraan," ujar Lukman.
Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, pernyataan Ketua Dewan Gubernur Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell soal ekonomi AS yang bertumbuh kemungkinan memicu pelaku pasar masuk ke aset berisiko.
Di sisi lain, dilanjutkan Ariston, pasar masih mewaspadai perlambatan ekonomi yang sedang terjadi di China dan perubahan kebijakan suku bunga tinggi AS yang berkaitan erat dengan data ekonomi terbaru.