Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)
Senior Market Analyst OANDA, Edward Moya mengatakan kenaikan harga minyak kemarin disebabkan oleh cuaca dingin di sejumlah negara, dan juga adanya potensi penurunan produksi.
Melihat kondisi ini, beberapa analis Wall Street memperkirakan harga minyak mentah dunia bisa tembus 100 dolar AS per barel.
“Kondisi pasar minyak sangat ketat, sehingga kejutan apa pun terhadap produksi akan membuat harga makin melonjak. Produksi OPEC+ sedang dalam kendali jelajah dengan strategi peningkatan bertahap yang mereka siapkan, sehingga harga minyak kemungkinan akan menembus 100 dolar AS per barel," kata Moya.
Pada hari Rabu, (2/2) kemarin, OPEC+ memutuskan untuk tetap meningkatkan produksi pada bulan Maret sebesar 400.000 barel per hari. Langkah itu disiapkan karena OPEC+ ditekan untuk meningkatkan produksinya demi menekan lonjakan harga minyak.
Analis senior pasar minyak Rystad Energi, Louise Dickson mengatakan, kondisi pasar minyak akan tetap bullish. Sehingga, kemungkinan besar harga minyak akan melonjak ke 100 dolar AS per barel.
“Ekspektasi yang berlaku adalah bahwa pasar, meskipun ada beberapa penurunan yang disebabkan oleh kekhawatiran permintaan pandemik, namun untuk minyak akan terus diperdagangkan pada level tinggi. Sebab, kenyataannya ada kekurangan pasokan minyak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang," ucap Dickson.