Anggota layanan Angkatan Bersenjata Ukraina membawa senjata selama latihan militer di tempat penembakan di wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa (15/2/2022). (ANTARA FOTO/General Staff of the Ukrainian Armed Forces/Handout via REUTERS).
Pada Kamis, Putin mengatakan bahwa ia mendukung rencana untuk memperkenalkan 'manajemen eksternal' bagi perusahaan asing yang meninggalkan Rusia.
“Kita perlu bertindak tegas dengan (perusahaan) yang akan menutup produksi mereka,” kata Putin, menurut video yang diunggah oleh Kremlin dan ditayangkan di media pemerintah.
“Perlu, kemudian untuk memperkenalkan manajemen eksternal dan kemudian mentransfer perusahaan-perusahaan ini kepada mereka yang ingin bekerja,” tambahnya.
Organisasi hak-hak konsumen Rusia telah menyusun daftar perusahaan yang telah memutuskan untuk pergi dan dapat dinasionalisasi, menurut sebuah laporan di surat kabar Rusia Izvestiya yang kemudian dikutip oleh kantor berita negara TASS.
Dokumen yang dilaporkan dikirim ke pemerintah Rusia dan Kejaksaan Agung. Itu mencakup 59 perusahaan, termasuk Volkswagen, Apple, IKEA, Microsoft, IBM, Shell, McDonald's, Porsche, Toyota, H&M. Izvestiya juga menyebut bahwa daftar itu dapat diperbarui dan memuat lebih banyak merek.
Potanin mengatakan, rencana untuk nasionalisasi aset Barat tidaklah bijaksana. Namun, ia menyebut bahwa proposal Kremlin dapat memungkinkan para pemilik untuk menjaga properti, dan perusahaan untuk menghindari kehancuran, dan untuk terus melakukan produksi serta menggaji karyawan.
“Saya mengerti bahwa mengingat pembatasan ekonomi yang ditujukan terhadap Rusia, mungkin ada keinginan yang dapat dimengerti untuk bertindak secara simetris,” tulisnya.
“Tetapi, pada contoh negara-negara Barat, kita melihat bahwa ekonomi negara-negara ini menderita karena pengenaan sanksi terhadap Rusia. Kita harus lebih bijaksana dan menghindari skenario di mana sanksi pembalasan menimpa diri kita sendiri,” tambah dia.
Potanin juga meminta Rusia untuk melonggarkan pembatasan mata uang asing, sehingga bunga atas obligasi dan pinjaman asing dapat dibayarkan. Jika tidak, menurutnya, akan ada risiko negara untuk gagal membayar seluruh utang luar negerinya, yang diperkirakannya berjumlah sekitar 480 miliar dolar AS.