Jakarta, IDN Times – Praktik penipuan atau scam di Indonesia masih berada pada level mengkhawatirkan. Data Indonesia Anti Scam Center (IASC) yang merujuk Global Anti Scam Alliance (GASA) Report 2025 mencatat, sebanyak 66 persen masyarakat Indonesia pernah menjumpai scam. Rata-rata, setiap orang menerima hingga 55 percobaan penipuan per tahun.
Anggota Steering Committee IFSoc Tirta Segara menilai, tingginya kasus penipuan tidak lepas dari kesenjangan antara inklusi keuangan dan literasi keuangan masyarakat. Akses terhadap produk keuangan tumbuh pesat, tetapi pemahaman belum mengimbangi.
“Fraud di masyarakat Indonesia makin berkembang seriring adanya gap antara literasi dan inklusi keuangan. Bila mengacu data Otoritas Jasa Keuangan, tingkat inklusi keuangan nasional telah mencapai 80,51 persen, sementara literasi keuangan baru berada di level 66,46 persen. Artinya, terdapat gap sebesar 14,05 persen yang berpotensi dimanfaatkan pelaku kejahatan,” ujar Tirta dalam diskusi IFSoc, yang dikutip, Sabtu (20/12/2025).
Kondisi tersebut menunjukkan, semakin banyak masyarakat menggunakan layanan keuangan digital tanpa pemahaman yang memadai. Situasi ini membuka ruang besar bagi pelaku penipuan untuk beraksi.
