Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar. (Screenshot/Zoom OJK)
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar. (Screenshot/Zoom OJK)

Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan sektor jasa keuangan Indonesia masih mampu memitigasi risiko naiknya ketidakpastian global. Hal ini sejalan dengan memanasnya tensi geopolitik dan era suku bunga tinggi di AS yang diperkirakan akan lebih panjang.

"Sektor jasa keuangan terjaga stabil dalam menghadapi peningkatan ketidakpastian. Hal itu ditunjukkan oleh terjaganya permodalan, likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Oktober 2023, Senin (30/10/2023).

1. Divergensi pertumbuhan ekonomi kian nyata

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dia menjelaskan, divergensi kinerja perekonomian global masih berlanjut. Laju kinerja ekonomi di Amerika Serikat pada kuartal III tercatat meningkat 4,9 persen dibandingkan kuartal II 2,1 persen.

Sementara itu, di Eropa pertumbuhan ekonominya diproyeksi cenderung stagnan. Pada periode yang sama, pemulihan ekonomi China belum sesuai harapan dan membuat kekhawatiran terhadap ekonomi global meningkat.

Kemudian, kenaikan yield surat utang AS membuat aliran dana asing keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Volatitilitas di pasar saham obligasi dan nilai tukar juga dalam tren meningkat," kata Mahendra.

2. Cermati tren kenaikan harga bahan makanan

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Data domestik menunjukkan inflasi tahunan 2,28 persen sejalan dengan ekspektasi pasar. Inflasi terjadi pada bahan makanan yang trennya meningkat.

"Namun, perlu dicermati tren kenaikan bahan makanan, terutama komoditas beras dan gula, di tengah potensi penurunan produksi global akibat El-Nino," ujar Mahendra.

3. Daya beli masyarakat alami tekanan

Ilustrasi belanja (IDN Times/Sunariyah)

Secara umum, dia menyebut daya beli masyarakat mengalami tekanan. Itu terlihat dari indeks kepercayaan konsumen dan kinerja penjualan ritel yang rendah.

"Kinerja sektor korporasi masih relatif baik. Terlihat, Purchasing Manufacturing Index (PMI) yang masih terus berada di zona ekspansi dan neraca perdagangan surplus," kata Mahendra.

Editorial Team