Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menilai data Consumer Price Index (CPI) AS untuk Februari menunjukkan inflasi lebih rendah dari perkiraan.
Namun, penurunan tersebut terutama disebabkan oleh faktor-faktor yang mudah berubah, sementara tekanan inflasi secara keseluruhan tetap tinggi. Data CPI juga belum mencerminkan dampak tarif perdagangan yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump.
Ibrahim memperingatkan meskipun pasar merespons optimis, risiko ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi global masih tinggi, yang berpotensi memicu volatilitas pasar keuangan.
Pekan ini, tarif 25 persen untuk baja dan aluminium yang diberlakukan Trump mulai berlaku, sementara dia kembali mengancam akan menaikkan tarif tambahan terhadap barang-barang dari Uni Eropa.
Sebagai respons, Eropa menyatakan akan membalas kebijakan tersebut, meningkatkan ketegangan dagang yang mengguncang kepercayaan investor dan menambah kekhawatiran resesi di AS.
"Saat ini pasar tertuju pada data indeks harga produsen untuk bulan Februari, yang akan dirilis pada hari Kamis, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang inflasi AS. Inflasi yang lebih rendah memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut, dengan bank tersebut akan bertemu minggu depan," paparnya.