Penurunan Cadangan Devisa Dipicu Langkah Stabilisasi Rupiah

- Cadangan devisa Februari turun 1,6 miliar dolar AS karena aliran modal asing keluar, terutama di pasar saham.
- Pelemahan rupiah disebabkan oleh aliran modal asing yang keluar, memaksa BI melakukan intervensi untuk menstabilkannya.
Jakarta, IDN Times - Ekonom menilai posisi cadangan devisa (cadev) Februari turun 1,6 miliar dolar AS dibandingkan Januari 2025 karena langkah intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan rupiah.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan cadangan devisa pada Februari 2025 disebabkan terjadi aliran modal asing yang keluar atau outflow, khususnya di pasar saham, yang mencapai sekitar 1,1 miliar dolar AS. Hal ini turut menjadi faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah.
"Kalau di bulan Februari itu kan terjadi outflow ya, khususnya di pasar saham. Kalau saya nggak salah, itu kan terjadi outflow 1,1 billion dolar AS dan kalau kita lihat juga kan terjadi pelemahan rupiah yang cukup signifikan ya," ujarnya, Jumat (7/3/2025).
1. BI harus intervensi saat rupiah melemah

Di saat aliran modal asing keluar, maka rupiah pun bergerak melemah. Oleh karena itu BI harus melakukan operasi moneter dengan melakukan intervensi untuk menstabilkannya.
Adapun posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2025 mencapai 154,5 miliar dolar AS, atau turun jika dibanding posisi pada akhir Januari 2025 sebesar 156,1 miliar dolar AS.
"Namun kalau kita lihat secara umum posisi cadev kita kan masih relatif tinggi ya," ujar Josua.
2. Cadev diproyeksi tetap tinggi hingga akhir tahun

Meski pasar keuangan masih diliputi ketidakpastian, Josua memperkirakan hingga akhir tahun ini, posisi cadangan devisa akan tetap berada pada level yang aman dan mencukupi untuk pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah.
"Bahwa posisi cadev tetap akan berada dalam level yang comfortable, yang masih aman ya. Masih di atas dari sisi benchmark atau pun benchmarking untuk pembayaran impor dan juga utang luar negerinya pemerintah," ujarnya.
Terkait potensi kenaikan cadangan devisa masih akan bergantung pada aliran modal asing yang masuk atau foreign flows di pasar keuangan dan kemungkinan penerbitan global bond oleh pemerintah.
"Tentunya kan kita belum tahu ya schedule pemerintah seperti apa tapi kalau misalkan ada foreign flows ataupun ada aliran modal asing masuk," tuturnya.
3. Bank Sentral Eropa pangkas suku bunga beri dampak positif ke negara berkembang

Bank Sentral Eropa pangkas suku bunga beri dampak positif ke negara berkembang
Di sisi lain, Josua menyampaikan kebijakan bank sentral seperti European Central Bank (ECB) yang baru saja memangkas suku bunga, serta memiliki ruang penurunan suku bunga oleh The Fed sebesar 50 basis poin pada tahun ini, dapat memberi sentimen positif bagi negara-negara berkembang.
"Kalau sekiranya itu bisa memberikan dampak positif ya sentimen positif pada emerging country," tuturnya.