Walau dengan semua hiruk-pikuk yang terjadi, Microsoft menetapkan niat menjadikan TikTok sebagai bagian dari kerajaan bisnisnya. Bahkan, CEO Microsoft Satya Nadella telah bertemu dengan Trump yang mengaku resah dengan keamanan data pribadi di TikTok.
"Microsoft benar-benar mengapresiasi pentingnya membahas kekhawatiran presiden. Perusahaan berkomitmen untuk mengakuisisi TikTok dengan patuh terhadap peninjauan kembali tentang keamanan secara lengkap, dan memberikan keuntungan ekonomi yang layak kepada Amerika Serikat, termasuk Kementerian Keuangan," tulis Microsoft.
Perusahaan yang didirikan Bill Gates itu juga mengungkap tenggat waktu hingga 15 September 2020, untuk menyelesaikan semua pembahasan dengan ByteDance. Selama proses itu berlangsung, Microsoft menyatakan tetap bersedia berdialog dengan pemerintah Amerika Serikat.
Microsoft juga meyakinkan usai membeli TikTok, pihaknya akan memperkuat perlindungan data dan keamanan digital kelas dunia, termasuk dengan menjamin transparansi bagi pengguna dan pengawasan oleh pemerintah. Semua data pengguna TikTok di Amerika Serikat juga akan tetap berada di negara itu.
Microsoft mengajak para investor Negeri Paman Sam untuk terlibat sebagai pemegang saham minoritas. Analis menyebut ini cara perusahaan menekankan bahwa kegelisahan soal perlindungan privasi akan diatasi. Selain di Amerika Serikat, Microsoft juga menegaskan niat mengakuisisi TikTok di Kanada, Australia, dan Selandia Baru.