ilustrasi keamanan siber (unsplash.com/ FlyD)
Roberto mengungkapkan, dalam melawan serangan siber, ada konsekuensi yang harus ditanggung perbankan. Pasalnya, serangan siber di sektor keuangan hampir tiga kali lebih banyak dibandingkan industri lainnya.
"Ada tren keamanan siber untuk menggambarkan tentang konsekuensi yang harus ditanggung oleh suata lembaga jasa keuangan khususnya bank ketika berhadapan dengan serangan siber," ucapnya.
Misalnya, kebocoran data. Roberto menjelaskan, hal tersebut menyebabkan peningkatan biaya yang sangat besar bagi perbankan.
Selain itu, untuk mengimplementasikan dan mengelola infrastruktur keamanan siber diperkirakan akan melonjak lebih dari 40 persen pada 2025. Bank pun perlu meningkatkan penggunaan biometrik dan token karena bank-bank mulai mengenalinya sebagai suatu solusi yang berguna dalam pengendalian keamanan pembayaran.
"Para nasabah mulai menggunakan biometrik untuk aktivitas-aktivitas perbankan, seperti otentifikasi pada mobile banking, melakukan transaksi pada ATM, dan pembayaran," kata dia.
Roberto mengatakan, nasabah ke depannya juga akan lebih memilih jalur digital. Untuk itu, bank-bank perlu menyediakan otentifikasi dan proses pengendalian akses yang lebih canggih.
“Tentunya hal tersebut tanpa mengorbankan pengalaman nasabah," ucap Roberto.