Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mall pusat perbelanjaan (unsplash.com/Alexander Faé)
ilustrasi mall pusat perbelanjaan (unsplash.com/Alexander Faé)

Intinya sih...

  • Pertumbuhan logistik menandakan jual beli tetap berjalan, terutama melalui platform digital dan marketplace.

  • Pemerintah meminta publik untuk berpikir lebih terbuka dan tidak terpaku pada cara pandang lama yang konvensional.

  • Konsumsi rumah tangga mencatatkan pertumbuhan 4,97 persen secara tahunan, memberikan kontribusi sebesar 2,64 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi nasional.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kantor Komunikasi Kepresidenan menanggapi fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana) yang ramai dibicarakan publik sebagai indikator turunnya daya beli masyarakat.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi menyebut fenomena semacam itu sebaiknya tidak dilihat hanya dari sudut pandang ekonomi konvensional.

"Jadi kalau fenomena-fenomena parsial tadi yang disampaikan, apa istilahnya tadi? Rojali, rohana, kita mungkin masih melihatnya dalam ekonomi konvensional," kata Hasan di Jakarta, Kamis (7/8/2025).

1. Pertumbuhan logistik dinilai jadi bukti jual beli tetap berjalan

ilustrasi belanja online (freepik.com/rawpixel.com)

Hasan menuturkan sektor logistik justru tumbuh, sebagaimana tercatat dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Itu mengindikasikan adanya pergerakan barang dan orang, yang menandakan proses jual beli tetap terjadi.

"Kalau yang dikirim barang atau ada pergerakan orang, itu kan artinya ada jual beli," ujar dia.

Dia melanjutkan, transaksi ekonomi masa kini tidak selalu terlihat secara fisik di toko, karena sebagian besar sudah berpindah ke platform digital dan marketplace.

"Mungkin jual belinya tidak lagi di toko-toko konvensional tapi mungkin sudah lewat marketplace, lewat platform yang lain," sebut Hasan.

2. Pemerintah minta publik ubah cara pandang lama

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Hasan menilai, pendekatan dan cara berpikir lama tidak bisa digunakan secara mutlak untuk menilai kondisi perekonomian yang terus berkembang.

"Jadi kita harus open-minded nih. Dengan cara berpikirnya lebih terbuka. Jadi nggak terpaku kemudian dengan cara berpikir yang old school dan konvensional kira-kira begitu," tambahnya.

3. Konsumsi rumah tangga penopang pertumbuhan ekonomi

ilustrasi belanja online (pexels.com/cottonbro studio)

BPS melaporkan konsumsi rumah tangga mencatatkan pertumbuhan 4,97 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II-2025. Berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 4,93 persen. Alhasil, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 2,64 persen terhadap total pertumbuhan 5,12 persen.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Wilayah BPS, Moh. Edy Mahmud menyampaikan konsumsi masyarakat masih didorong oleh kebutuhan dasar seperti bahan makanan, makanan jadi, dan transportasi.

"Jadi, apakah daya beli sudah pulih? Kita hanya menyampaikan data memang konsumsinya demikian," katanya dalam konferensi pers, Selasa (5/8/2025).

Editorial Team