Rincian utang per April 2023/Secreenshot Twitter Yustinus Prastowo
Selanjutnya, mayoritas utang Indonesia berasal dari SBN domestik atau denominasi rupiah sebanyak 73 persen dari total keseluruhan utang, sedangkan utang dalam bentuk valas meliputi pinjaman luar negeri hingga SBN valas, porsinya 27 persen.
"Tentu hal ini baik, untuk menekan market risk dari melambungnya nilai utang karena pelemahan rupiah," ucapnya.
Prastowo mengemukakan bahwa risiko utang Indonesia menurun tajam, ditandai dengan debt service ratio (DSR) di tahun 2020 sebesar 47,3 persen menjadi 34,4 persen pada 2022.
“Bahkan sudah menurun lagi per April 2023 menjadi 28,4 persen. DSR adalah rasio pembayaran pokok dan bunga utang dengan pendapatan,” pungkasnya.
Sementara itu, interest rate (IR) atau rasio pembayaran bunga utang terhadap pendapatan juga turun, dari 19,3 persen pada tahun 2020 menjadi 14,7 persen pada 2022, lalu mencapai 13,95 persen per April 2023. Kondisi penurunan DSR dan IR, menunjukkan bahwa kemampuan APBN dalam membayar biaya utang yang meliputi pokok dan bunga semakin menguat.
Ketujuh, Indonesia masih dipandang reliable dalam pengelolaan utang, hal ini tercermin dari peringkat rating yang didapatkan Indoensia dari sejumlah lembaga internasional.
"Lembaga-lembaga pemeringkat kredit, seperti Standard & Poor's, Moody’s, dan Fitch memberikan rating BBB/Baa2 untuk Indonesia dengan outlook stabil, disaat banyak negara mengalami downgrade," ucapnya.