Menurut pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra, indeks dolar AS sedang mengalami tekanan turun. Pada pagi ini, indeks berada di kisaran 104,05, sedangkan pagi kemarin masih di kisaran 104,50.
Dia melihat penurunan tersebut mungkin disebabkan data inflasi AS, yaitu Core PCE Price Index, yang dirilis Jumat malam dan menunjukkan penurunan. Data tersebut memberikan harapan kepada pelaku pasar bahwa akan ada pemangkasan suku bunga acuan AS lagi.
“Selain itu semalam, data PMI manufaktur AS bulan Mei juga menunjukkan penurunan. Ini menambah ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga acuan AS,” ujar Ariston.
Dari dalam negeri, data inflasi Mei yang menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah. Penurunan inflasi dianggap sebagai tanda stabilitas ekonomi yang dapat memperkuat nilai tukar rupiah.
Senada, pengamat pasar keuangan Lukman Leong melihat sinyal positif pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dia memperkirakan rupiah akan mengalami penguatan dalam perdagangan hari ini.
Prediksi tersebut didasarkan pada data terbaru dari Institute for Supply Management (ISM) di AS yang lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Pada dasarnya, pelemahan data ISM mengindikasikan adanya perlambatan dalam sektor manufaktur AS, yang pada akhirnya melemahkan posisi dolar AS di pasar global.
“Rupiah diperkirakan akan kembali menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah data ISM AS semalam yang lebih lemah dari perkiraan,” sebut Lukman.