Sekretaris Jenderal Partai Komunis China, Xi Jinping (Press Service of the President of the Russian Federation / Roman Kubanskiy, This file comes from the website of the President of the Russian Federation and is licensed under the Creative Commons Attribution 4.0 License, via Wikimedia Commons)
Dilansir dari The Guardian, pertemuan yang dijadwalkan antara Trump dan Presiden China, Xi Jinping, di Korea Selatan bulan ini kemungkinan besar batal. Trump menyebut tidak ada alasan untuk melanjutkan rencana tersebut di tengah meningkatnya ketegangan.
“Ini benar-benar mengejutkan, tidak hanya bagi saya, tetapi juga bagi semua pemimpin dunia bebas. Saya akan bertemu dengan Presiden Xi dalam dua minggu, di APEC, di Korea Selatan, tetapi sekarang sepertinya tidak ada alasan untuk melakukannya,” tulis Trump.
Ia menambahkan bahwa belum berbicara langsung dengan Xi karena tidak ada urgensi untuk melakukannya.
Dilansir dari BBC, selain memperketat ekspor tanah jarang, China juga meluncurkan penyelidikan monopoli terhadap Qualcomm, perusahaan teknologi asal AS, yang berpotensi menunda akuisisi besar di sektor chip. Pemerintah China turut mengumumkan biaya pelabuhan baru untuk kapal-kapal yang terkait dengan AS, termasuk yang dimiliki atau dioperasikan oleh perusahaan Amerika.
“Mereka menjadi sangat tidak bersahabat, dan mengirim surat ke negara-negara di seluruh dunia bahwa mereka ingin memberlakukan kontrol ekspor pada setiap elemen produksi yang berkaitan dengan Tanah Jarang, bahkan jika itu tidak diproduksi di China,” tulis Trump.
Kebijakan tarif besar masih menjadi inti dari strategi ekonomi Trump. Ia meyakini bahwa tarif tinggi terhadap impor akan memperkuat ekonomi AS dan menambah pendapatan triliunan dolar bagi pemerintah federal. Namun, para ekonom mencatat kebijakan semacam itu sering kali meningkatkan biaya bagi konsumen karena beban tarif diteruskan ke harga barang.