Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bikin Kaget! Trump Umumkan Tarif Baru 100 Persen untuk China

Pertemuan bilateral Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)
Pertemuan bilateral Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Pasar saham langsung anjlok setelah pengumuman Trump.
  • AS dan China masih saling bergantung dalam ekonomi global.
  • Ketegangan dagang sudah lama tercium.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali bikin dunia dagang panas. Lewat unggahan di platform Truth Social pada Jumat (10/10/2025), Trump mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif impor barang dari China menjadi 100 persen, di atas tarif 30 persen yang sudah berlaku.

Langkah ini menandai berakhirnya masa ‘gencatan senjata’ dagang yang sempat menenangkan hubungan ekonomi dua raksasa dunia tersebut. Pengumuman ini juga datang tak lama setelah Beijing memperketat ekspor logam tanah jarang, bahan penting untuk industri teknologi global.

Trump juga dikabarkan membatalkan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping yang rencananya digelar akhir bulan ini di Korea Selatan. Padahal, pertemuan itu semula disebut sebagai momen penting untuk memperbaiki hubungan ekonomi kedua negara.

Namun keputusan mengejutkan ini justru membuat pasar global bergejolak. Dikutip dari CNN, Sabtu (11/10/2025), indeks saham di Wall Street langsung anjlok karena investor khawatir perang dagang jilid dua bakal benar-benar dimulai lagi.

1. Pasar saham langsung anjlok setelah pengumuman Trump

ilustrasi saham terkikis (IDN Times/Arief Rahmat)
ilustrasi saham terkikis (IDN Times/Arief Rahmat)

Kabar tentang kenaikan tarif 100 persen membuat pasar saham AS langsung bergejolak. Dalam waktu beberapa jam setelah unggahan Trump, tiga indeks utama Wall Street kompak merosot tajam.

Indeks Dow Jones turun 878 poin atau sekitar 1,9 persen, sementara S&P 500 merosot 2,7 persen. Indeks Nasdaq, yang berisi banyak perusahaan teknologi yang bergantung pada impor komponen dari China, juga anjlok hingga 3,5 persen.

Investor langsung panik karena situasi ini mengingatkan pada awal 2025 lalu, ketika Trump sempat menaikkan tarif hingga 145 persen dan membuat hubungan dagang kedua negara memburuk. Walau kemudian diturunkan, banyak pengusaha kini takut skenario itu bakal terulang.

Analis memperkirakan langkah Trump kali ini bukan sekadar gertakan. Sebab, di unggahan yang sama ia juga menegaskan akan memberlakukan kontrol ekspor untuk semua perangkat lunak penting mulai 1 November. Langkah ganda ini dinilai akan mempersempit ruang bisnis bagi kedua negara.

2. AS dan China masih saling bergantung dalam ekonomi global

Rivalitas AS-China. (Pixabay.com/mohamed_hassan)
Rivalitas AS-China. (Pixabay.com/mohamed_hassan)

Meski saling bersaing, Amerika Serikat dan China tetap menjadi dua ekonomi terbesar dunia yang saling membutuhkan. Data terbaru menunjukkan bahwa AS masih mengimpor ratusan miliar dolar barang dari China setiap tahun, terutama elektronik, pakaian, dan furnitur.

Sebelumnya, Trump sempat mengklaim akan mendorong perusahaan besar AS memindahkan produksi ke dalam negeri. Namun sebagian besar perusahaan, terutama di sektor teknologi, masih bergantung pada rantai pasok China yang luas dan efisien.

Pada masa awal kepresidenannya, Trump sempat menetapkan tarif hingga 145 persen untuk hampir semua barang asal China. Tapi karena dampaknya terlalu besar terhadap ekonomi domestik, ia akhirnya menurunkan tarif elektronik menjadi 20 persen sebagai pengecualian.

Sejak Mei 2025, kedua negara sempat sepakat menurunkan tarif dagang masing-masing, China menurunkan bea masuk produk AS menjadi 10 persen, sementara AS memangkas tarifnya menjadi 30 persen. Namun kesepakatan itu kini tampaknya runtuh seiring langkah Trump terbaru.

3. Ketegangan dagang sudah lama tercium

ilustrasi perang dagang AS and China (pinterest.com)
ilustrasi perang dagang AS and China (pinterest.com)

Meskipun Trump menyebut bahwa provokasi China datang tiba-tiba, tanda-tanda ketegangan sudah muncul sejak berbulan-bulan lalu. AS menuduh China gagal memenuhi komitmen meningkatkan ekspor logam tanah jarang, bahan vital untuk industri semikonduktor dan kendaraan listrik.

Sebagai respons awal, Trump sempat membatasi penjualan chip AI dari Nvidia ke China, sebelum akhirnya melonggarkan kebijakan itu. Tapi Beijing kemudian membalas dengan mengenakan biaya tambahan untuk kapal berbendera Amerika, membuat suasana semakin panas.

Kedua negara terus saling balas kebijakan. Washington bahkan mengumumkan rencana menambah biaya pada kapal milik China, dan Beijing segera merespons dengan tindakan serupa.

Banyak analis memperkirakan perang dagang jilid dua tak bisa dihindari lagi. Terlebih, bulan depan Mahkamah Agung AS akan menggelar sidang penting soal batas wewenang presiden dalam menetapkan tarif secara sepihak. Bila kekuasaan Trump dibatasi, kebijakan semacam ini mungkin tak bisa ia keluarkan lagi semudah sekarang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Perludem Usul Bawaslu Diubah Jadi Badilu, Ini Alasannya

11 Okt 2025, 15:04 WIBNews