Ilustrasi pertanian kedelai. (unsplash.com/James Baltz)
Menurut data Departemen Pertanian AS, China adalah importir kedelai Amerika terbesar pada 2024. Washington mengekspor kedelai senilai hampir 24,5 miliar dolar AS (sekitar Rp407 triliun) dan Beijing menyumbang lebih dari 12,5 miliar dolar AS (Rp207,6 triliun). Namun, awal tahun ini impor kedelai China dari AS menurun drastis karena dua ekonomi terbesar dunia itu terlibat dalam perang dagang yang saling berbalas.
Tahun ini, China belum membeli kedelai lagi sejak Mei, dan mengalihkan pembeliannya ke kedelai Brasil. Hal ini membuat petani kedelai AS berada dalam situasi sulit karena tarif balasan Beijing atas impor Washington.
Petani kedelai Amerika khawatir bukan hanya mengenai panen tahun ini, tetapi juga kelangsungan bisnis mereka dalam jangka panjang. Sebab, kedelai merupakan ekspor pangan utama AS, yang mencakup sekitar 14 persen dari seluruh produk pertanian yang dikirim ke luar negeri.
Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, tidak menjawab pertanyaan spesifik tentang pembelian kedelai. Namun, pihaknya mendesak AS untuk bekerja sama dengan China.
"Inti dari kerja sama ekonomi dan perdagangan China-AS adalah saling menguntungkan yang didasarkan pada keuntungan bersama, bukan saling merugikan," kata Liu, dikutip dari AP News.