Trump dan Xi Jinping Ngobrol via Telepon Bahas TikTok hingga Ukraina

- Pertemuan tatap muka dijadwalkan di Korea Selatan.
- ByteDance menghadapi tekanan di AS karena ancaman pelarangan kecuali menjual operasi domestiknya kepada pihak yang tidak berhubungan dengan Partai Komunis China atau musuh AS lainnya.
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berbicara melalui telepon dengan Presiden China, Xi Jinping, pada Jumat (19/9/2025). Percakapan ini menyinggung isu-isu besar mulai dari perdagangan, fentanyl, perang Rusia-Ukraina, hingga kesepakatan mengenai TikTok. Trump menyebut pembicaraan ini berlangsung produktif, menjadi percakapan kedua mereka sejak ia kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025.
“Saya baru saja menyelesaikan panggilan yang sangat produktif dengan Presiden Xi dari China. Kami membuat kemajuan dalam banyak isu sangat penting termasuk Perdagangan, Fentanyl, kebutuhan untuk mengakhiri Perang antara Rusia dan Ukraina, dan persetujuan Kesepakatan TikTok,” tulisnya melalui Truth Social, dikutip dari AFR.
Ia juga menyebut diskusi berjalan lancar, dengan rencana komunikasi lanjutan dan pertemuan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) mendatang.
1. Pertemuan tatap muka dijadwalkan di Korea Selatan

Dilansir dari Daily Mail, kedua pemimpin sepakat untuk mengadakan pertemuan langsung di sela-sela KTT APEC di Gyeongju, Korea Selatan, pada 31 Oktober hingga 1 November 2025. Pertemuan bilateral itu akan menjadi yang pertama bagi Trump dan Xi selama masa jabatan kedua Trump, meski jadwal detailnya belum ditentukan. Agenda mereka diperkirakan mencakup pembahasan pembelian pesawat Boeing oleh China, isu Taiwan, dan konflik di Ukraina.
Trump juga menyatakan akan melakukan kunjungan resmi ke China pada awal 2026 sebagai balasan undangan Xi yang disampaikan dalam panggilan Juni 2025. Sebaliknya, Xi akan datang ke AS pada waktu yang disepakati bersama. Kunjungan terakhir Xi ke Washington berlangsung pada November 2023 ketika ia bertemu dengan Presiden Joe Biden di KTT APEC San Francisco, sementara Trump terakhir bertatap muka dengan Xi pada KTT G20 Osaka, 29 Juni 2019.
Sejak kembali menjabat, Trump aktif menghidupkan kembali jalur diplomasi tingkat tinggi dengan China. Langkah ini ditunjukkan lewat panggilan telepon sebelumnya pada Juni 2025 dan agenda tatap muka yang akan segera berlangsung.
2. TikTok jadi fokus negosiasi ekonomi

Isu TikTok menjadi salah satu pokok pembahasan utama dalam komunikasi terbaru kedua negara. ByteDance, pemilik TikTok asal China, menghadapi tekanan di AS karena ancaman pelarangan kecuali menjual operasi domestiknya kepada pihak yang tidak berhubungan dengan Partai Komunis China atau musuh AS lainnya. Pemerintahan Trump telah menunda penerapan perintah eksekutif mengenai aplikasi asing itu selama hampir satu tahun, sambil menunggu hasil negosiasi.
Pertemuan di Madrid antara Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dengan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, menghasilkan kerangka awal pemisahan operasi TikTok di AS. Meski begitu, detail kesepakatan belum diungkap secara publik. Menurut laporan Xinhua, Xi menyampaikan kepada Trump bahwa pemerintah China menghormati keputusan perusahaan dalam menyelesaikan penjualan TikTok.
Laporan yang sama juga menyoroti harapan agar kebijakan perdagangan yang membatasi bisa dihindari demi menjaga momentum hubungan bilateral. Sementara itu, publik muda di AS berharap TikTok tetap bertahan tanpa larangan, sedangkan kalangan Republik menuntut divestasi penuh untuk mencegah kontrol Beijing atas data sensitif.
3. Perdagangan dan sejarah jadi sorotan kedua negara

Hubungan dagang antara AS dan China masih diwarnai ketegangan sejak Trump kembali berkuasa. Gedung Putih memberlakukan tarif besar-besaran yang memicu perang dagang, meski komunikasi pada Juni 2025 sempat meredakan gesekan terkait ekspor elemen tanah jarang yang vital untuk ponsel pintar hingga jet tempur. Perselisihan tetap berlanjut, termasuk kontrol ekspor AS atas chip dan mineral, serta investigasi China terhadap produk semikonduktor Amerika.
Dalam percakapan telepon terbaru, Xi turut mengangkat sisi historis hubungan kedua negara.
“Belum lama ini, China mengadakan peringatan besar untuk ulang tahun ke-80 kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok Melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia, di mana keturunan anggota Flying Tigers Amerika diundang ke tribun Tiananmen untuk menyaksikan parade militer,” kata Xi, dikutip dari Livemint.
Ia menambahkan bahwa rakyat China tidak akan melupakan bantuan AS dan sekutu anti-fasis lainnya, sembari menekankan arti penting menjaga perdamaian bersama.