Executive Director Mercy Corps Indonesia, Ade Soekadis . (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Poin penting lain yang ditemukan dari laporan itu adalah praktik ramah lingkungan belum menjadi norma bagi UMKM Indonesia. Penyebabnya adalah tingginya biaya untuk menjadi bisnis hijau.
Lebih rinci, 60 persen responden menyadari pentingnya praktik berkelanjutan, dan lebih dari 20 persen belum menerapkannya. Kemudian, hampir 20 responden mengungkapkan hambatan tingginya biaya bahan ramah lingkungan, serta adanya ketergantungan pada bahan yang tidak tidak ramah lingkungan.
Meski begitu, menjadi bisnis yang menerapkan aspek keberlanjutan meningkatkan ketangguhan bisnis itu sendiri.
Menurut Aileen, fakta-fakta terbaru terkait perilaku dan kondisi UMKM di Indonesia akan membantu dalam perancangan kebijakan untuk mendukung usaha kecil di Indonesia.
"Pengetahuan-pengetahuan ini membantu kami untuk memahami bahwa kemampuan seperti mentorship sebagai dukungan sangat penting bagi perusahaan kecil di Indonesia," ujar Aileen.
Senada, Executive Director Mercy Corps Indonesia, Ade Soekadis mengatakan laporan itu juga memberikan rekomendasi untuk menentukan dukungan yang tepat bagi pelaku UMKM di Indonesia.
"Bagaimana rekomendasi ini bisa dipertimbangkan dalam perancangan kebijakan. Bagaimana policy bisa menjadi action yang bisa membantu UMKM Indonesia untuk mewujudkan ekonomi yang lebih inklusif, produktif, dan tangguh," tutur Ade.
Dalam laporan itu, salah satu rekomendasi yang diberikan adalah memberikan solusi keuangan yang lebih fleksibel untuk UMKM, seperti opsi pembiayaan dengan suku bunga yang lebih rendah, tanpa mewajibkan pemenuhan syarat yang rumit, dan pengajuannya dipermudah.