Berbeda dengan Ariston, Analis pasar mata uang, Lukman Leong, mengatakan rupiah masih berpotensi melemah di kisaran Rp14.950 per dolar AS hingga Rp15.050 per dolar AS. Proyeksi pelemahan rupiah yang masih berlanjut, karena tertekan oleh prospek suku bunga the Fed yang meningkat akhir-akhir ini.
"Walau data inflasi PCE AS yang sedikit lebih lemah pada hari Jumat lalu, namun hal ini diperkirakan tidak akan merubah pandangan hawkish the Fed," tegasnya saat dihubungi.
Sementara itu data inflasi Juni diperkirakan akan mencapai 3,6 persen (YoY). Artinya proyeksi laju inflasi tersebut masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 3 ±1 persen.
Dengan target inflasi yang sudah tercapai, Lukman berpendapat bahwa BI berpotensi menurunkan suku bunga, hal ini positif bagi prospek ekonomi Indonesia dan rupiah jangka panjang.
Namun ini juga menjadi divergensi arah kebijakan suku bunga antara BI dengan the Fed yang membuat rupiah lebih kurang menarik (imbal hasil yang lebih rendah).
"Investor juga menantikan data manufaktur Caixin China yang diperkirakan akan menurun namun masih di atas batas pertumbuhan," tuturnya.