Seorang warga yang tidak mengenakan masker melintas, di depan mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus corona. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Kepala penelitian ekonomi Barclays, Christian Keller, juga mengakui bahwa perkembangan seputar varian virus corona menanamkan ketidakpastian baru di sekitar jalan menuju normalisasi ekonomi.
“Ini datang dengan data masuk yang mengejutkan pada sisi negatifnya, menunjukkan bahwa pertumbuhan Amerika Serikat (AS) telah mencapai puncaknya dan aktivitas di Tiongkok melambat lebih dari yang dimaksudkan,” jelasnya, menurut CNBC.
Dia menyebut bahwa di AS, keterputusan geografis dalam peluncuran vaksin menimbulkan tantangan unik yang juga dapat memiliki konsekuensi internasional bagi ekonomi dan pasar.
Meskipun tingkat vaksinasi tinggi secara rata-rata di AS, menurutnya, negara bagian selatan dan barat tengah masih tetap rendah. Hal itu menyiratkan bahwa tingkat rawat inap dan kematian di wilayah tersebut memang bisa meningkat secara signifikan.
“Kekhawatiran yang lebih umum juga bahwa tingkat infeksi yang melonjak, bahkan jika tidak mematikan, dapat memacu munculnya varian baru yang pada akhirnya menjadi lebih kebal terhadap vaksin yang ada. India melaporkan ‘varian delta+ dari varian itu’ dan varian ‘lambda’ baru Peru juga telah ditandai oleh WHO.”
Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa meskipun jika mutasi tersebut tidak meningkatkan tingkat kematian atau rawat inap secara signifikan, mereka dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan juga permintaan pribadi, serta pasokan tenaga kerja.