ilustrasi utang dengan suku bunga tinggi (pexels.com/Pixabay)
Total jumlah utang dan bunga utang yang harus dibayar pemerintah pada tahun depan mencapai Rp1.353 triliun. Jumlah ini nyaris 40 persen dari belanja negara 2025.
Mengacu data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, belanja negara dipatok sebesar Rp3.621,3 triliun, termasuk belanja non-K/L pada belanja pemerintah pusat Rp1.541,4 triliun. Defisit APBN 2025 ditetapkan sebesar 2,53 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp616,2 triliun.
Adapun bunga utang yang jatuh tempo pada tahun depan sebesar Rp552,8 triliun menjadi yang paling tinggi dibandingkan realisasi pembayaran bunga utang pada periode 2020-2024.
Pada 2020, bunga utang yang dibayar sebesar Rp314,1 triliun, 2021 senilai Rp343,5 triliun, 2022 mencapai Rp386,3 triliun, 2023 sebesar Rp439 triliun, dan outlook pembayaran bunga utang tahun ini mencapai Rp499 triliun.
Perhitungan besaran pembayaran bunga utang tahun anggaran 2025 secara garis besar, meliputi pembayaran bunga atas outstanding utang yang berasal dari akumulasi utang tahun-tahun sebelumnya, rencana pembiayaan utang tahun anggaran 2024 dan tahun anggaran 2025, serta rencana program pengelolaan portofolio utang (liabilities management).
Selain itu, perhitungan besaran pembayaran bunga utang juga didasarkan pada beberapa asumsi, antara lain nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar Amerika Serikat, yen Jepang, dan euro.
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Riko Amir mengungkapkan, pentingnya menekan besaran bunga utang. Salah satu caranya, dengan melakukan reprofiling atau penataan ulang.
"Kita reprofiling, timing yang tepat dan kita punya cost yang cukup, kita lakukan buyback. Jadi utang yang masih beberapa tahun kita tarik ke depan, sehingga tidak perlu bayar bunganya," ucap dia Kamis pekan lalu.
"Ada juga dengan debt switch, kita cari nanti dengan bunga utang yang lebih murah, dan kita switch dengan yang lebih tinggi kita ganti. Jadi liability management aktif dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini," sambungnya.