Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penipuan (pexels.com/Leeloo The First)
ilustrasi penipuan (pexels.com/Leeloo The First)

Intinya sih...

  • Penipuan dengan memanfaatkan BTS palsu masih marak terjadi

  • Pelaku memanfaatkan BTS palsu untuk mengirim SMS phishing berisi tautan berbahaya

  • OJK imbau perbankan kurangi ketergantungan pada SMS dan masyarakat agar tidak mudah percaya pada SMS yang mencurigakan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketua Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Heru Sutadi, menilai modus penipuan dengan memanfaatkan Base Transceiver Station (BTS) palsu atau fake BTS masih marak terjadi. Bahkan praktik kejahatan ini sulit diberantas karena perangkat fake BTS relatif murah dan mudah dirakit.

Selain itu, minimnya regulasi yang ketat dari pemerintah serta pengawasan operator seluler terhadap penyebaran sinyal palsu turut memperparah situasi.

“Pelaku biasanya berpindah-pindah wilayah sehingga tidak mudah terdeteksi. Di sisi lain, rendahnya literasi digital masyarakat membuat korban kerap percaya pada SMS yang diterima tanpa melakukan verifikasi,” ujar Heru dalam keterangannya, Senin (15/12/2025).

1. Muncul tautan berbahaya

ilustrasi scam (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ia menilai pelaku kejahatan memanfaatkan BTS palsu untuk mengirim SMS phishing berisi tautan berbahaya dengan menggunakan sender ID yang menyerupai perusahaan resmi, termasuk perbankan.

"Sasaran utama modus ini adalah pencurian data pribadi, one-time password (OTP), hingga pengurasan rekening korban," ungkapnya.

2. Modus fake BTS yang bikin nasabah khawatir

Ilustrasi laptop terkena fraud scam phishing (freepik.com/rawpixel.com)

Sementara itu, pakar keamanan siber Vaksincom, Alfons Tanujaya, menjelaskan modus fake BTS umumnya memanfaatkan jaringan 2G sebagai jalur distribusi SMS. Perangkat BTS palsu kerap dipasang di kendaraan dan mampu memancarkan sinyal kuat dalam radius sekitar 500–1.000 meter, sehingga ponsel korban secara otomatis terhubung ke jaringan milik pelaku.

Setelah terkoneksi, pelaku dapat mengirim SMS massal dengan sender ID palsu dan pesan bernada mendesak. Alfons menegaskan bahwa penyebaran SMS melalui fake BTS tidak berkaitan dengan sistem perbankan.

"Pelaku hanya memanfaatkan kelemahan pada jaringan komunikasi, khususnya 2G, untuk mengirim pesan langsung ke perangkat korban," tegasnya.

3. OJK imbau perbankan kurangi ketergantungan pada SMS

OJK (Dok OJK)

Senada dengan hal tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, menegaskan penipuan fake BTS tidak melibatkan peretasan sistem SMS milik bank. SMS sepenuhnya dikirim oleh pelaku melalui BTS palsu dengan teknik penyamaran.

OJK menilai keberadaan jaringan 2G yang masih digunakan oleh sejumlah operator seluler menjadi celah bagi kejahatan ini.

"Untuk menekan risiko, OJK mendorong industri perbankan mengurangi ketergantungan pada SMS sebagai sarana komunikasi dengan nasabah dan beralih ke kanal yang lebih aman, seperti aplikasi mobile banking," ungkapnya.

Selain itu, OJK mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya pada SMS yang mengatasnamakan perusahaan tertentu serta segera menghubungi pihak bank atau otoritas terkait jika menerima pesan atau panggilan yang mencurigakan.

Editorial Team