Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250925-WA0121.jpg
Presiden Prabowo Subianto bersama beberapa jajaran Kabinet Merah Putih. (Dok. Istimewa)

Intinya sih...

  • Indonesia tampilkan capaian pangan di panggung dunia

  • Dorongan investasi hijau dan ekonomi sirkular

  • Peran masyarakat adat dalam pelestarian hutan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator (Menko) Pangan Zulkifli Hasan menggarisbawahi pidato Presiden Prabowo Subianto mengenai krisis pangan yang disampaikan dalam Sidang Umum PBB di Amerika Serikat (AS).

Dia menilai, kehadiran Prabowo di forum internasional tersebut sekaligus menunjukkan Indonesia tidak lagi sekadar hadir sebagai partisipan, melainkan tampil sebagai pemain utama yang membawa solusi. Dia menyebut, momen tersebut menjadi penanda era baru diplomasi Indonesia.

Menurutnya, pidato Prabowo yang memuat isu perdamaian, perubahan iklim, hingga krisis pangan disampaikan dengan sangat kuat dan visioner, serta menegaskan komitmen Indonesia untuk mengambil bagian dalam upaya menjawab tantangan global.

"Dalam pidatonya yang visioner, Presiden Prabowo menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi bagian dari solusi atas berbagai tantangan global," kata dia dalam keterangannya, Kamis (25/9/2025).

1. Indonesia tampilkan capaian pangan di panggung dunia

Presiden Prabowo berpidato di Sidang Umum PBB. (Sumber: Instagram @sekretariat.kabinet)

Prabowo turut memaparkan pencapaian Indonesia di bidang pangan dalam forum dunia, termasuk program swasembada pangan yang dinilai berhasil meningkatkan produksi beras dan cadangan gabah hingga mencapai rekor tertinggi tahun ini.

Pria yang akrab disapa Zulhas itu menjelaskan, capaian tersebut menjadi bukti nyata keberhasilan program kedaulatan pangan nasional.

"Lebih dari itu, keberhasilan ini membawa optimisme bahwa Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia dalam beberapa tahun mendatang," ujar Zulhas.

Lebih lanjut, Prabowo menyampaikan Indonesia sudah mulai mengekspor beras ke sejumlah negara yang membutuhkan, termasuk Palestina. Hal itu, menurut Zulhas menegaskan ketersediaan pangan tidak hanya soal perdagangan, tetapi juga bisa menjadi instrumen diplomasi kemanusiaan.

2. Dorongan investasi hijau dan ekonomi sirkular

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengunjungi fasilitas pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (19/3) pagi. (Jakarta.go.id)

Zulhas juga membawa agenda lain di World Economic Forum (WEF). Dia menegaskan Indonesia berkomitmen mendorong investasi hijau dan memperkuat ekonomi sirkular, terutama di sektor pangan dan pengelolaan limbah plastik.

"Indonesia siap menjadi pilar masa depan yang berkelanjutan, dan menawarkan diri sebagai lahan subur bagi para investor yang peduli lingkungan," katanya

Dalam kesempatan yang sama, Zulhas menyambut baik inisiatif Brasil yang menggagas pembentukan Tropical Forest Financing Facility (TFFF).

Forum yang juga dihadiri Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres itu disebut menjadi ajang bagi Indonesia untuk menunjukkan tanggung jawab moral dalam menjaga hutan tropis.

TFFF dipandang sebagai langkah konkret untuk menjembatani kesenjangan pendanaan konservasi melalui skema blended finance.

3. Peran masyarakat adat dalam pelestarian hutan

Ilustrasi hutan adat. (IDN Times/Yuko Utami)

Zulhas turut menekankan masyarakat adat dan komunitas lokal merupakan pilar utama dalam menjaga hutan. Dia menyebut pelibatan mereka sangat penting agar pelestarian lingkungan berjalan efektif.

Dengan sinergi antar-kementerian dan diplomasi yang lebih terkoordinasi, Zulhas menegaskan Indonesia tidak hanya berfokus pada kepentingan nasional, tetapi juga berperan aktif membangun masa depan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.

"Indonesia tak hanya mengamankan kepentingan nasional, tetapi juga mengambil peran aktif dalam membangun masa depan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan," tambahnya.

Editorial Team