Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi deposito (freepik.com/raw
ilustrasi deposito (freepik.com/raw

Intinya sih...

  • Bunga deposito terlalu rendah, hanya 3-5% per tahun.

  • Tergerus inflasi, menyebabkan kerugian riil sebesar 2%.

  • Tidak ada potensi pertumbuhan eksponensial di luar bunga bank.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Deposito sering dianggap sebagai salah satu instrumen keuangan yang aman dan minim risiko. Banyak orang menjadikannya pilihan untuk menyimpan uang karena adanya jaminan dari bank serta bunga tetap yang ditawarkan. Namun, meskipun terlihat menarik, deposito sebenarnya bukanlah jalan pintas menuju kekayaan.

Banyak orang yang berharap bunga deposito bisa membantu menambah pundi-pundi finansial secara signifikan. Kenyataannya, imbal hasil dari deposito cenderung kecil jika dibandingkan dengan instrumen investasi lain. Menaruh uangmu di deposito memiliki banyak kelemahan, dan lima alasan berikut mengapa kamu akan sulit untuk kaya dilansir dari investopedia.com.

1. Bunga deposito terlalu rendah

ilustrasi deposito (pexels.com/pixabay)

Bunga deposito yang ditawarkan bank saat ini umumnya berada di kisaran 3–5 persen per tahun. Angka ini bahkan bisa lebih rendah ketika kondisi ekonomi sedang lesu. Jika dibandingkan dengan kenaikan harga kebutuhan hidup sehari-hari, jelas bunga deposito tidak mampu mengejar laju inflasi secara maksimal.

Dengan imbal hasil sekecil itu, pertumbuhan kekayaan menjadi sangat lambat. Uang memang terlihat aman tersimpan, tetapi daya belinya bisa menurun dari tahun ke tahun. Artinya, meskipun saldo deposito bertambah, nilai riil yang bisa dibelanjakan justru semakin berkurang.

2. Tergerus inflasi

ilustrasi inflasi (freepik.com/raw

Inflasi adalah faktor utama yang membuat deposito tidak bisa menjadi instrumen penghasil kekayaan. Setiap tahun, harga barang dan jasa mengalami kenaikan, sementara bunga deposito tetap stagnan. Akibatnya, hasil bunga yang diperoleh sering kali tidak mampu menutupi penurunan nilai mata uang.

Sebagai contoh, jika inflasi berada di angka 5 persen dan bunga deposito hanya 3 persen, maka secara riil terjadi kerugian 2 persen. Situasi ini menunjukkan bahwa meskipun deposito terlihat menambah saldo, kekuatan daya beli uang sebenarnya terus menurun. Inilah alasan mengapa deposito lebih cocok sebagai tempat menyimpan dana darurat, bukan alat memperkaya diri.

3. Tidak ada potensi pertumbuhan eksponensial

ilustrasi berinvestasi (freepik.com/wirestock

Instrumen investasi yang bisa membuat seseorang kaya biasanya memiliki peluang pertumbuhan eksponensial. Saham, reksa dana, atau bahkan bisnis memiliki potensi nilai yang bisa meningkat berkali lipat. Sementara itu, deposito bersifat tetap dan tidak menawarkan ruang untuk pertumbuhan di luar bunga yang ditentukan bank.

Hal ini membuat deposito hanya cocok bagi orang yang lebih mengutamakan keamanan dibandingkan pertumbuhan. Tanpa adanya faktor pertumbuhan besar, mustahil mengandalkan deposito untuk mencapai kebebasan finansial. Uang akan bertambah, tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas.

4. Terikat dalam jangka waktu

ilustrasi berinvestasi (freepik.com/Ai Tools)

Deposito memiliki aturan ketat terkait jangka waktu penyimpanan. Uang yang ditempatkan di dalam deposito tidak bisa diambil kapan saja tanpa dikenakan penalti. Hal ini justru bisa menjadi penghalang dalam memanfaatkan peluang investasi lain yang lebih menguntungkan.

Ketika dana terkunci dalam jangka waktu tertentu, fleksibilitas finansial menjadi terbatas. Jika muncul kesempatan untuk berinvestasi di tempat lain yang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi, uang dalam deposito tidak bisa segera digunakan. Keterikatan ini membuktikan bahwa deposito kurang cocok dijadikan jalan untuk memperkaya diri.

5. Adanya pajak yang menggerus keuntunganmu

ilustrasi pajak(pexels.com/nataliyavaitkevich)

Bunga deposito juga tidak sepenuhnya bisa dinikmati karena ada potongan pajak yang harus dibayarkan. Di Indonesia, misalnya, bunga deposito dikenakan pajak final sebesar 20 persen. Artinya, bunga yang sudah kecil masih harus berkurang lagi akibat pajak.

Situasi ini membuat keuntungan deposito semakin tipis. Setelah dipotong pajak dan dihitung dengan inflasi, hasil yang diperoleh nyaris tidak terasa. Inilah alasan terakhir mengapa deposito lebih cocok dijadikan tempat penyimpanan dana aman ketimbang instrumen untuk membangun kekayaan.

Deposito tetap memiliki peran penting dalam strategi keuangan, terutama bagi yang mencari rasa aman dan stabilitas. Instrumen ini bisa digunakan untuk menaruh dana darurat atau dana jangka pendek yang tidak boleh hilang. Namun, mengandalkannya sebagai jalan menuju kekayaan jelas bukan pilihan bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team