Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Tak bisa dipungkiri, utang menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan ataupun impian seseorang. Memang tidak ada yang salah dengan berhutang, hanya saja perlu pertimbangan matang agar tidak terjebak ke dalam utang yang tidak sehat.
Tahukah kamu jika utang ternyata memiliki dua jenis yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Keduanya memang sama-sama utang, namun memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Nah, berikut ulasannya.
1. Tujuan berhutang
Ilustrasi belanja (Pexels.com/Andrea Piacquadio) Dilansir Investopedia, utang dikatakan produktif jika diambil untuk membantu kita menghasilkan pendapatan dan membangun kekayaan bersih. Dengan kata lain, meminjam uang untuk menghasilkan uang. Dengan begitu utang tersebut dianggap produktif.
Sedangkan utang yang konsumtif ini hanya semata-mata untuk tujuan gengsi atau gaya hidup belaka. Umumnya dianggap utang macet karena digunakan untuk membeli aset yang terdepresiasi. Dengan kata lain nilainya tidak naik serta tidak menghasilkan pendapatan apa-apa.
2. Output yang dihasilkan
ilustrasi memegang uang (pexels.com/Alexander Mils) Perbedaan selanjutnya bisa kita lihat dari output yang dihasilkan. Utang produktif akan menghasilkan uang serta keuntungan. Hal ini karena utang produktif cenderung digunakan untuk membeli aset yang nilainya terus bertumbuh atau membiayai aktivitas yang menghasilkan keuntungan .
Sebaliknya, utang konsumtif ini tidak menghasilkan output lebih selayaknya utang produktif, karena digunakan untuk membeli sesuatu yang nilainya semakin berkurang seiring bertambahnya waktu.
3. Contoh utang produktif vs konsumtif
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi pasangan memandang rumahnya (pexels.com/Kindel Media) Contoh dari utang produktif adalah kredit untuk usaha atau modal kerja, kredit perumahan rakyat (KPR), dan cicilan pendidikan. Menggunakan utang untuk usaha atau modal kerja berpotensi menghasilkan profit. Begitu juga dengan KPR, karena nilai properti ini cenderung meningkat tiap tahunnya. Pendidikan yang lebih tinggi juga berpotensi menaikkan penghasilan kalian juga, lho.
Sedangkan contoh dari utang konsumtif adalah membeli kendaraan, gadget, pakaian, sepatu, dan barang-barang lain yang cenderung terus terdepresiasi. Nah, beda cerita jika barang ini kamu gunakan untuk mendapatkan penghasilan. Maka tergolong utang produktif ya.
4. Sehat secara finansial atau tidak?
ilustrasi wanita memegang uang (pexels.com/Karolina Grabowska) Memang berhutang bukanlah hal yang salah. Namun, jangan sampai utang ini membuat finansialmu tidak sehat ya. Rasio utang yang sehat itu sebesar 30% dari total penghasilan. Perhatikan baik-baik rasio ini.
Diantara kedua jenis utang tersebut, utang produktiflah yang lebih disarankan. Tapi perlu perencanaan dan strategi yang matang juga agar terkelola dengan baik. Sedangkan untuk utang konsumtif sebaiknya kamu lakukan hanya jika urgensi saja. Jangan sampai utang konsumtif ini membuat cash flow-mu berantakan.