TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ngutang demi Beli Saham? Investor Pemula Wajib Catat 5 Hal Ini

Banyak investor saham yang bela-belain cari pinjaman online

Ilustrasi penurunan nilai saham. (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Fenomena beli saham dengan berutang terlebih dahulu sedang banyak jadi pembahasan belakangan ini. Pada umumnya, alasan seseorang berutang disebabkan karena mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau dalam kasus ini, tidak ada dana untuk membeli aset.

Harapan seseorang membeli saham dengan berutang adalah harga saham yang dibeli tersebut akan naik. Sehingga, bunga dari pinjaman dana yang diajukan bisa tertutup dengan capital gain yang didapat dari investasi itu.

Tapi, apakah langkah tersebut aman? Bagi kamu investor pemula yang tertarik cari pinjaman-pinjaman online demi membeli saham, kamu perlu ketahui dulu hal-hal berikut ini. 

Baca Juga: 11 Istilah tentang Saham yang Perlu Diketahui Investor Pemula

1. Ingat tujuan kamu membeli saham

Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020) (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Di bursa saham, apakah kamu seorang trader atau investor?

Trader akan melihat sebuah saham layaknya komoditas yang harganya naik turun. Transaksi yang mereka lakukan umumnya bersifat jangka pendek, bahkan bisa dilakukan hanya dalam jam atau menit.

Sementara itu investor menggunakan dananya untuk membeli saham dengan pertimbangan kinerja perusahaan di masa depan. Mereka akan menanamkan modalnya dalam kondisi apa pun karena yakin bahwa perusahaan itu memiliki prospek cerah. Di masa yang akan datang, mereka pun akan menjual saham yang dibeli dengan nilai yang tinggi.

Lalu, kamu ada di golongan mana? Kamu perlu renungkan apa tujuan kamu dalam membeli saham? Apakah kamu ingin berinvestasi untuk tujuan jangka panjang atau hanya sebatas trading untuk menambah tambahan kas masuk?

Risiko dari trading tentu lebih besar ketimbang investasi karena volatilitas harga saham bergantung pada transaksi investor di pasar modal. Rekomendasi saham yang diberikan pihak sekuritas juga tidak bisa menjamin naik atau turunnya harga sebuah saham.

Baca Juga: Baru Mulai Investasi Jangan Ragu Beli Saham, Ini Sederet Keuntungannya

2. Beli saham bisa dengan metode cost-averaging

Ilustrasi investasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Jika kamu sudah menetapkan hati sebagai investor saham, kamu tidak perlu berutang. Kamu bisa dimulai dengan dana yang minim. Metode cost averaging atau pembelian secara berkala, bisa sangat membantu para investor yang memiliki modal minim.

Dengan metode cost averaging, kamu bisa melakukan pembelian saham sesuai dengan kondisi keuangan kamu. Sehingga kamu pun gak perlu bela-belain berutang untuk membeli saham.

3. Kenali risiko sistematis dan nonsistematis dalam investasi

Ilustrasi Penurunan Harga Saham/Bearish (IDN Times/Arief Rahmat)

Peganglah prinsip 'high risk, high return' sebagai investor saham. Kenalilah dua jenis risiko yaitu sistematis dan nonsistematis yang berpotensi dialami siapa pun yang berinvestasi.

Menurut Lifepal, risiko sistematis ini merupakan risiko yang tidak bisa dihindarkan dengan cara apapun, bahkan dengan diversifikasi saham atau aset. Beberapa risiko yang tergolong sebagai risiko sistematis adalah, risiko pasar, tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar mata uang, dan risiko politik suatu negara.

Sementara itu, risiko non-sistematis ialah risiko yang masih bisa dimitigasi dengan diversifikasi. Beberapa risiko yang tergolong dalam kategori ini adalah, risiko bisnis, bencana alam, dan lainnya.

4. Ketika kamu berutang, kekayaanmu menyusut

Ilustrasi Harga Saham Naik (Bullish) (IDN Times/Arief Rahmat)

Ketika kamu menambah modal investasi lewat utang, maka risiko dari investasi ini juga makin besar. Ketika berutang, nilai kekayaan kamu akan menyusut. Ingat ya, nilai kekayaan bersih didapat dari hasil pengurangan total aset dan liabilitas.

Sederhananya, utang akan menambah pos liabilitas dalam neraca keuangan kamu. Semakin banyak utang, semakin berkurang pula nilai kekayaan bersih kamu.

Ketika kamu berhasil menjual saham tersebut dengan keuntungan yang berlipat ganda dan melebihi beban bunga dari utang tertunggak, kamu bisa sukses mengakumulasikan kekayaan. Keuntungan dari saham yang dijual akan menambah aset lancar kamu.

Namun, selalu ada kemungkinan bahwa yang terjadi adalah hal yang sebaliknya. Jadi, berhati-hati ya.

Baca Juga: Penting! Ini Bedanya Utang Baik dan Utang Buruk

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya