BNI Konsisten Tingkatkan Kredit demi Topang Pertumbuhan Ekonomi
BNI mencatatkan penyaluran kredit yang sehat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terus memperkuat kinerja dan fundamental bisnisnya yang tecermin dari kinerja semester I-2021. BNI mencatatkan penyaluran kredit yang sehat dengan didominasi sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, terutama pada segmen business banking.
Hingga akhir Juni 2021, perusahaan mencatat pertumbuhan 3,5 persen penyaluran kredit di segmen business banking atau senilai Rp475,6 triliun. Sementara itu, pada periode yang sama 2020 penyaluran kredit di segmen mencapai Rp459,6 triliun.
Demikian Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan itu dalam penjelasan tertulis di Jakarta, Jumat (3 September 2021).
Royke menyebutkan, pertumbuhan tertinggi berada pada segmen small business sebesar 20,6 persen dengan baki debet mencapai Rp91 triliun, dibandingkan Juni 2020 senilai Rp75,4 triliun. Kemudian pertumbuhan tertinggi berikutnya diikuti Corporate Private sebesar 7,9 persen YoY dengan Baki Debet mencapai Rp179,1 triliun. Sementara pada periode yang sama pada 2020 mencapai Rp165,9 triliun.
Baca Juga: Perluas BNI Agen46, BNI Teken MoU dengan GP Ansor dan Pos Indonesia
1. Catatan pertumbuhan BNI
Selain kredit korporasi, pada segmen Consumer Banking pun mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,4 persen secara YoY atau mencapai Rp 92,8 triliun. Kredit Tanpa Agunan yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6 persen menjadi Rp32,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2020.
Setelah itu, disusul oleh Kredit Pemilikan Rumah yang tumbuh 6,3 persen menjadi Rp47,6 triliun dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB Nasional.
Pertumbuhan bisnis ini pun membuat BNI pada Semester I - 2021 mencatatkan laba bersih Rp5 triliun atau tumbuh 12,8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020. Pencadangan yang terus diperkuat menjadi 215,3 persen sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan.