5 Catatan Penting dalam Mengatur Keuangan di Kondisi Krisis
Ini langkah-langkah yang bisa kamu pakai
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Dunia diprediksi mengalami masa-masa gelap di 2023 akibat krisis ekonomi, pangan, hingga energi yang disebabkan oleh pandemik COVID-19 serta perang Rusia-Ukraina.
Presiden Joko "Jokowi" Widodo pun mengakui adanya sinyal resesi di Eropa, Amerika Serikat, serta China yang turut berdampak pada Indonesia. Oleh karena itu, dalam beberapa kesempatan, Presiden kerap mengimbau masyarakat untuk tetap optimis, berhati-hati, dan mulai bersiap menghadapi tahun depan.
Patut dipahami bahwa resesi atau perlambatan ekonomi tentunya memengaruhi daya beli masyarakat, sehingga mendorong mereka lebih selektif dalam pengeluaran dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan.
Dengan kondisi ketidakpastian yang masih cukup tinggi, mengatur keuangan menjadi hal yang wajib untuk dilakukan. Tapi perlu diingat, mengatur keuangan sejatinya harus dilakukan setiap orang apapun kondisinya.
Dikutip dari lifepal.co.id, berikut 5 tips untuk mengatur keuangan di masa krisis untuk menjaga kondisi keuanganmu agar tetap sehat.
Baca Juga: 9 Alasan Pentingnya Perencanaan Keuangan, Kamu Harus Tahu
1. Atur pengeluaran pidak tetap dengan metode rata-rata
Dalam pengaturan arus kas (pemasukan dan pengeluaran) bulanan, pengeluaran dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengeluaran tetap dan tidak tetap (pengeluaran variabel). Pengeluaran tetap bisa berupa biaya bahan bakar kendaraan setiap hari atau ongkos transportasi, biaya belanja bahan makanan, biaya listrik, dan lainnya.
Pengeluaran tetap tentu lebih mudah dicatat dan ditetapkan besarannya ketimbang yang tidak tetap. Sementara itu, pengeluaran variabel tidak. Khusus untuk mengatur pengeluaran variabel, lakukan perhitungan rata-rata terhadap pengeluaran variabel kamu dalam tiga bulan atau lebih.
Misalnya, Pak Danny memiliki tagihan listrik Rp950-975 ribu per bulan sejak Januari hingga April 2020. Namun di bulan Mei hingga Agustus 2020, tagihan listriknya bengkak jadi Rp1 hingga Rp1,2 juta karena konsumsi listriknya juga meningkat. Dengan mengumpulkan data tagihan listrik dari Januari hingga Agustus, Pak Danny bisa menghitung rata-rata pengeluaran dalam 8 bulan.
Seperti yang tertera di perhitungan di atas, maka rata-rata pengeluaran Pak Danny untuk listrik adalah Rp1.066.875. Maka Pak Danny dianjurkan mengalokasikan uang maksimal Rp1,06 juta tidak lebih, untuk kebutuhan listrik.
Baca Juga: 5 Cara Mengatur Keuangan Agar Finansial Masa Depanmu Aman dan Terjamin
Baca Juga: Cara Mengatur Keuangan agar Bisa Bertahan dalam Resesi